CONTOH LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR (FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN, UNIVERSITAS UDAYANA)

 

LAPORAN AKHIR PRAKTIUKUM BIOLOGI DASAR

UNIVERSITAS UDAYANA


KATA PENGANTAR

 

Puja dan puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Mahaesa, karena atas rahmat-Nya sehingga laporan akhir ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuan – bantuan dari pihak yang telah berkontribusi pada pembuatan makalah ini.

            Penulis berharap semoga laporan akhir yang telah disusun ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca sekalian. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata Bahasa. Oleh karena itu kami dengan sangat terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar untuk kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

           

 

 

Jimbaran, 1 Desember 2018

 

 

PUTU WILANDARI


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

MIKROSKOP


PUTU WILANDARI

1813511062

KELOMPOK 10

KELAS B


 

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

 FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

     I.     Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum biologi dasar kali ini adalah:

1. Untuk mengenal dan mengetahui mikroskop

2. Untuk mengetahui cara penggunaan mikroskop

3. Untuk mengetahui fungsi dari masing-masing bagian mikroskop

  II.     Dasar Teori

2.1     Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk membantu mengamati objek yang sangat kecil karena kemampuan pembesarnya yang sangat kuat. Mikroskop dapat digunakan dalam sains dan pendidikan seperti evaluasi property objek, keperluan medis, control kualitas dan analisis biomedis (Hartati, 2011).

Mikroskop merupakan alat yang sering digunakan untuk melihat benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata secara langsung. Perkembangan mikroskop saat ini sudah sampai pada mikroskop digital yang memudahkan analisis objek yang diamati. Ukuran sebuah citra digital yang diperoleh dari obyek mikroskop memiliki beberapa macam dilihat dari besar kecilnya perbesaran mikroskop dan resolusi citra yang dihasilkan dalam bentuk citra warna RGB sesuai kemampuan maksimum dari kamera mikroskop (Bawono, 2014).

Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda yang amat kecil (Schmolze, 2017).

Perkembangan dari sejarah mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap mikrobiologi. Hal itu terbukti dari mulai memasukinya masa keemasan dari mikroskop saat berhasil mengamati jasad renik. Pada tahun 1664 Robert Hooke menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat mikroskop amatir berkebangsaaan Jerman yaitu Antony Van Leeuwenhoek (1632-1723), menggunakan mikroskop dengan konstruksi sederhana. Dengan mikroskop tersebut dia dapat melihat organisme sekecil mikroorganisme (Kusnadi, 2003).

Mikroskop adalah instrument yang paling banyak digunakan dan paling bermanfaat di laboratorium mikroskopi. Dengan mikroskopi dapat diperoleh perbesaran sehingga memenuhi kemungkinan untuk mengamati organisme dan struktur yang tidak tampak dengan mata telanjang (Aryantha, 2000).

Mikroskop adalahsuatu alat untuk reproduksi bayangan yang besar dari benda yang sangat kecil dengan menggunakan kombinasi beberapa lensa. Dalam mikroskop biasa, yaitu mikroskop yang mempunyai dua lensa maka keedua lensanya adalah lensa konvergen. Dalam praktek kecuali dalam instrument yang sangat murahan, kedua lensanya yaitu lensa obyektif dan okulernya diganti dengan sistem lensa gabungan. Dalam mikroskop ini cahaya diarahkan kepada benda oleh cermin atau lensa kondensor. Daya perbesaran lensa gabungan adalah hasil kali daripada pembesaran linier yang dihasilkan oleh lensa objektif dan lensa okuler (Jawetz, 1995).

Dua parameter penting dalam mikroskopi (teknik-teknik penggunaan mikroskop) adalah perbesaran dan daya resolusi (atau resolusi saja) atau daya urai. Perbesaran adalah perbandingan ukuran citra objek dengan ukuran sebenarnya. Resolusi adalah ukuran kejelasan citra; yaitu jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih bias dibedakan sebagai dua titik. Parameter terpenting ketiga adalah kontras, yang mempertajam perbedaan dalam bagian-bagian dari sampel (Campbell, 2008).

Adapun menurut campebell dkk (2008), berdasarkan atas sumber cahayanya, mikroskop terbagi atas mikroskop cahaya/optik dan mikroskop elektron.

2.11.      Mikroskop cahaya/optic

Merupakan mikroskop yang menggunakan lensa dari gelas dan cahaya matahari atau lampu sebagai sumber cahaya. Dalam mikroskop cahaya (light microscope), cahaya tampak diteruskan memalui specimen dan kemudian melalui lensa kaca. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1000 kali dari ukuran asli specimen (Paul, 2001).

Mikroskop optik secara umum dibagi menjadi 2 yakni mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis dan transparan. Adapun mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak (Respati, 2008).

 

2.12.      Mikroskop Elektron

Mikroskop elektronadalah jenis mikroskop yang memanfaatkan elektron sebagai sumber energy untuk memperbesar bayagan objek. Secara umum terdapat dua jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan yaitu Trasnmission Electron Microscopy (TEM) dan Scanning Electron Microscopy (SEM) (Utamy, 2007).

TEM dikembangkan pertamakali oleh Ernst Ruska dan Max Knoll, dua peneliti dari Jerman pada 1932. Sedangkan SEM, dikembangkan oleh ilmuan Jerman bernama Manfred Van Ardenne pertama kali pada tahun 1938. Konsep dasar dari SEM ini sebenarnya disampaikan oleh Max Knoll pada 1935. SEM bekerja berdasarkan prinsip scan elektron pada permukaan sampel, selanjutnya informasi yang diperoleh diubah menjadi gambar (Thompson, 2012).

III.     Prosedur Percobaan

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat diadakannya praktikum kali ini adalah di Laboratorium Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, pada pukul 16.40-18.20 WITA.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 1. Alat dan Kegunaan

No

Alat

Kegunaan

Jumlah

1

Mikroskop

Melakukan pengamatan

1

2

Alat tulis

Menulis hasil pengamatan

1

3

Penggaris

Menulis hasil pengamatan

1

4

Buku Gambar

Menulis hasil pengamatan

1

 

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah:

1      Diatas meja yang datar, mikroskop diletakkan dengan cara dipegang pada bagian lengan dan bagian bawah mikroskop

2      Sekrup pada tabung mikroskop diputar sehingga lensa okuler mikroskop berada pada posisi pemakaian

3      Kabel yang ada pada kaki mikroskop diposisikan agar menyala

4      Kemudian saklar yang berada pada kaki mikroskop diposisikan juga agar menyala

5      Pengatur intensitas cahaya dinyalakan untuk mengatur besar kecilnya nyala lampu (sumber cahaya) yang masuk ke mikroskop

6      Lensa objektif diatur sesuai dengan perbesaran yang diinginkan (4,10,40,100) hingga terdengar bunyi ‘klik’

7      Pemutar axis diputar untuk mengatur jarak meja peparat dengan lensa objektif

8      Setelah pengamatan selesai, kabel dicabut dari sumber listrik

9      Sekrup pada tabung mikroskop diputar kembali hingga mikroskop kembali pada mode penyimpanan

10  Terakhir, mikroskop ditaruh kembali pada lemari tempat penyimpanan dengan rapi

IV.     Hasil Pengamatan

  

  V.     Pembahasan

Fungsi utama dari mikroskop adalah untuk melihat dan juga mengamati benda-beda yang berukuran sangat kecil karena kemampuan perbesarannya. Namun selain itu masing-masing bagian dari mikroskop sendiri memiliki fungsinya sendiri yang berbeda satu sama lainnya.

Yang pertama ada bagian optic yang terdiri dari lensa okuler/binokuler dan juga lensa obyektif. Lensa okuler atau binokuler adalah lensa yang berada paling ujung atas dari sebuah mikroskop. Lensa ini memiliki fungsi untuk memperbesar kembali bayangan dari lensa obyektif yang kemudian membentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar. Kemudian lensa objektif. Lensa ini memiliki fungsi untuk membentuk bayangan yang nyata, terbalik dan diperbesar. Lensa obyektif sendiri berada dekatr dengan objek yang akan diamati.

Bagian kedua pada mikroskop adalah bagian mekanik yang terdiri dari beberapa bagian lagi. Yang pertama adalah tabung mikroskop (tubus) yang berfungsi untuk menghubungkan lensa obyektif dan lensa okuler. Kemudian ada revolver yang berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa obyektif dengan cara memutarnya. Yang ketiga ada bagian penjepit preparat yang berfungsi untuk menjepit kaca preparat. Setelah itu ada juga bagian meja preparat yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan kaca preparat. Kemudian ada bagian kondensor yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh sumber cahaya.

Dibawah kondensor ada sebuah bagian yang disebut dengan diafragma yang berfungsi sebagai pengatur sumber cahaya yang akan masuk ke dalam mikroskop. Bagian lainnya ada pengatur axis. Pengatur axis berfungsi untuk mengatur jarak antara meja preparat dengan dengan lensa obyektif. Kemudian, bagian yang paling penting dalam mikroskop yakni sumber cahaya. Sumber cahaya berfungsi untuk membuat agar objek pada mikroskop dapat terlihat atau Nampak. Selanjutnya ada bagian lengan mikroskop yang berfungsi untuk memegang dan mengangkat mikroskop. Selanjutnya ada makrometer, yang pada mikroskop berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tabung mikroskop secara cepat (terlihat secara kasat mata). Dan kemudian ada micrometer yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tabung mikroskop secara halus (tidak nampak secara kasat mata). Selanjutnya ada kabel yang berfungsi untuk menyambungkan mikroskop dengan sumber listrik. Bagian lainnya ada pengatur intensitas cahaya yang berfungsi untuk mengatur masuknya cahaya ke dalam mikroskop. Setelah itu ada saklar, yang memiliki fungsi untuk menyalakan dan mematikan sumber cahaya pada mikroskop. Terakhir ada bagian kaki mikroskop yang berfungsi sebagai penopang mikroskop.

 

VI.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah

1.      Kita dapat mengenal dan mengetahui tentang mikroskop, yakni sebuah alat yang digunakan untuk membantu melihat dan mengamati benda-benda yang amat kecil

2.      Setelah praktikum juga kita dapat mengetahui bagaimana cara penggunaan mikroskop yang baik dan benar dimulai dari meyiapkan mikroskop, mengatur pencahayaan agar objek dapat terlihat, dan juga bagaimana seharusnya menyimpan mikroskop setelah selesai penggunaan.

3.      Yang terakhir adalah kita dapat mengetahui fungsi dari masing-masing bagian mikroskop dari fungsi bagian optic yang terdiri dari lensa objektif dan lensa okuler yang masing masing berfungsi untuk memproyeksikan bayangan pada benda hingga akhirnya dapat terlihat oleh mata. Dan kemudian juga fungsi bagian mekanik seperti tubus, revolver, penjepit preparat, meja preparat, kondensor, diafragma, pengatur axis, sumber cahaya, lengan mikroskop, makrometer, mikrometer, kabel, saklar, dan kaki  mikroskop yang berfungsi sebagai penunjang bagian optik.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Aryantha, I Nyoman. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departement Pendidikan Nasional

Bawono, Ari. 2014. Identifikasi Fokus Mikroskop Digital Menggunakan Metode Otsu. Jakarta. Erlangga

Campbell, A.Neil. dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta. Erlangga

Hartati, Sri. 2011. The Digital Microscopes and Its Image Processing Utility. Bandung. Erlangga.

Jawetz, Ernest. Dkk. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Buku Kedokteran EGC

Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung. Jica

Paul A. Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta.

Respati, B.M.B. 2008. Momentum. Macam-macam Mikroskop dan Cara Penggunaan, Vol.4, No 2. Jakarta. Erlangga.

Schmolze, Daniel B. 2017. Advances IN Microscopy Techniques. Bandung. Erlangga.

Thompson, R.B. dan Thompson, B.F. 2012. Illustrated Guide to Home Biology Experiments. O’Reilly Media. California

Utamy, H.P. 2007. Mengenal Cahaya dan Optik. Ganeca Exact. Jakarta


 

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK


PUTU WILANDARI

1813511062

KELOMPOK 10

KELAS B


 

 

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

 FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

     I.          Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum biologi dasar kali ini adalah:

1.    Untuk mengetahui dan mempelajari sel eukariotik

2.    Untuk mengetahui dan mempelajari sel prokariotik

  II.          Dasar Teori

2.1         Sel

Sel adalah unit terkecil dari kehidupan, yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda tergantung tempat dan fungsi dari jaringan yang disusunnya (Bety, 2007).

Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahum 1665. Sel dalam Bahasa latin adalah cellula yang artinya bilik kecil, karena pada saat sel pertama kali ditemukan yang terlihat adalah sel gabus yang tampak hanya seperti bilik, karena sel gabus yang diamati adalah benda mati (Coadi, 2010).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sel pun terbagi menjadi dua tipe, yaitu sel eukariotik yang merupakan kelompok yang memiliki membran inti yang membungkus materi genetik yang terkandung di dalam inti sel agar tidak tersebar. Adapun sel prokariotik adalah sel yang tidak memiliki selaput atau membrane yang melapisi inti sel, sehingga materi genetic tidak terbungkus oleh selaput atau membrane (Waluyo, 2006).

2.1.1   Sel Eukariotik

Sel eeukariotik merupakan sel yang memiliki endomembrane. Sel tipe ini secara struktural memiliki sejumlah organel pada sitoplasma yang dimilikinya. Organisme yang memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan dan jamur baik yang multiseluler maupun uniseluler (Campbell et al., 2008)

2.1.1.1       Hydrilla

Hydrilla adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya tenggelam dibawah permukaan air. Hydrilla memiliki akar serabut berwarna putih atau merah kecoklatan jika tumbuh pada sedimen, ataupun berwarna hijau karena mengandung klorofil ketika terkena cahaya matahari (Gartner, 2007)

Klasifikasi dari tumbuhan Hydrilla verticillata adalah:

Kingdom              : Plantae

Super Divisi          : Spermatophyta

Divisi                    : Magnoliophyta

Kelas                    : Liliopsida

Ordo                     : Hydrocharitales

Famili                   : Hydrocharitaceae

Genus                   : Hydrilla

Spesies                  : Hydrilla verticillata

(Campbell et al., 2010)

2.1.1.2       Epitel

Jaringan epitel adalah jaringan yang tersusun atas sel-sel yang sangat rapat dengan bentuknya yang homogeny yang dapat ditemukan pada pembatas atas organ-organ tubuh baik pembatas luar atau pun dalam (Bruce, 2008)

2.1.1.3       Protista

Protista adalah mikroorganisme eukariotik yang tidak termasuk atau bukan merupakan hewan, tumbuhan ataupun jamur (fungi). Protista berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam hal morfologi maupun cara hidupnya. Protista terbagi menjadi 3 kelompok besar berdasarkan ciri-cirinya, yakni Protista mirip atau menyerupai hewan, Protista menyerupai jamur, dan Protista yang menyerupai tumbuhan (Irnaningtyas, 2014)

2.2         Sel Prokariotik

Sel prokariotik atau kadang disebut dengan sel prokariota adalah jenis sel yang tidak memiliki membran inti, sehingga sitoplasma yang berada dalam sel mengadakan kontak langsung dengan protoplasma. Sel prokariotik juga tidak memiliki sistem endomembrane (membrane dalam) seperti reticulum endoplasma dan kompleks golgi (Sumadi, 2007).

Contoh dari organisme prokariotik adalah bakteri dan juga archaebacterial. Bakteri adalah organisme yang uniseluler dan juga mikroskopik. Archae dan bakteri umumnya serupa dalam ukuran dan bentuk, tetapi hamper sebagian besar dari penyusun mereka berbeda, seperti dinding sel antara bakteri dan juga Archaebakteria (George, 2006).

 

III.          Metodologi

3.1    Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat diadakannya praktikum biologi dasar kali ini adalah di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana pada pukul 15.00-16.40 WITA

3.2    Alat dan Bahan

3.2.1        Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 2 Alat dan Kegunaan

NO

ALAT

 

JUMLAH

KEGUNAAN

1

Mikroskop

 

1 buah

Untuk melakukan pengamatan

2

Kaca Preparat

 

1 buah

Untuk meletakkan objek yang akan diamati

3

Cover glass

 

1 buah

Untuk menutupi objek yang akan diamati

4

Pipet tetes

 

1 buah

Untuk mengambil dan meneteskan cairan

5

Scallpel

 

1 buah

Untuk mengambil sel epitel pipi

6

Alat tulis

 

1 buah

Untuk menulis hasil pengamatan

7

Penggaris

 

1 buah

Untuk menulis hasil pengamatan

8

Buku gambar

 

1 buah

Untuk menulis hasil pengamatan

 

3.2.2        Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 3 Bahan dan Kegunaan

NO

BAHAN

JUMLAH

KEGUNAAN

1

Air sawah atau air kolam

Secukupnya

Sebagai bahan pengamatan

2

Sel tumbuhan Hydrilla verticillata

Secukupnya

Sebagai bahan pengamatan

3

Epitel pipi

secukupnya

Sebagai bahan pengamatan

 

3.3    Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah:

1. Mikroskop diatur dan disiapkan ke posisi pemakaian

2. Alat-alat seperti mikroskop, kaca preparat, cover glass, pipet tetes, scalpel, alat tulis, penggaris, dan buku gambar disiapkan

3. Bahan-bahan untuk pengamatan disiapkan

4. Mikroskop disambungkan dengan sumber listrik

5. Pengatur intensitas cahaya diatur

6. Untuk percobaan pertama yakni pengamatan air kolam, air kolam diteteskan ke atas kaca preparat

7. Kemudian air kolam yang diteteskan diatas preparat ditetesi dengan formalin atau alkohol

8. Setelah itu objek ditetesi dengan cover glass

9. Kemudian objek diamati dengan mikroskop

10. Setelah itu hasil pengamatan dicatat pada buku gambar

11. Untuk percobaan kedua yaitu menggunakan sel epitel, pertama-tama sel epitel diambil dengan scalpel

12. Setelah didapat, objek ditaruh diatas kaca preparat

13. Setelah itu objek ditetesi dengan formalin atau alcohol

14. Kemudian kaca preparat ditutup dengan cover glass

15. Selanjutnya onjek diamati dengan mikroskop

16. Setelah itu hasil pengamatan dicatat pada buku gambar

17. Pada pengamatan terakhir menggunakan hydrilla, bagian daun hydrilla diambil sedikit

18. Objek kemudian diletakkan diatas kaca preparat

19. Kemudian objek ditetesi dengan formalin atau alkohol dan ditutup dengan cover glass

20. Objek lalu diamati dengan mikroskop

21. Terakhir hasilnya dicatat pada buku gambar

22. Lalu mikroskop diposisikan kembali keposisi penyimpanan


 

IV.          Hasil Pengamatan

Gambar 2 Sel eukariotik dan prokariotik

  V.          Pembahasan

5.1. Sel Eukariotik

Berdasarkan dari hasil pengamatan selama praktikum biologi dasar kali ini, kita dapat mengetahui bahwa sel eukariotik merupakan jenis sel yang memiliki membrane inti sel dan juga memiliki sistem endomembrane. Adapun sistem yang dimaksud adalah sel eukariotik telah memiliki organle-organel seperti reticulum endoplasma, kompleks golgi, dan juga lisosom. Hal tersebut pun sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Campbell.

Sesuai denganhsail pengamatan juga, benar apa yang dikatakan oleh Bruce bahwasannya sel epitel adalah merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel yang rapat dan juga homogeny, dan juga dimana sel epitel merupakan contoh dari sel eukariotik.

Begitu juga dengan Hydrilla verticillata yang setelah diamati memiliki bagian-bagian seperti sitoplasma, dinding sel, kloroplas, dan juga inti sel. Hal tersebut berarti benar bahwa Hydrilla merupakan bagian dari atau contoh dari sel eukariotik.

5.2. Sel Prokariotik

Dari hasil pengamatan selama praktikum biologi dasar kali ini, adapun benar adanya bahwa sel prokariotik atau sel prokariota adalah jenis sel yang tidak memiliki membran inti. Hal tersebut menyebabkan bahan-bahan atau materi genetic mengadakan kontak langsung dengan protoplasma. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Sumadi. Sel prokariotik juga tidak memiliki sistem endomembran atau organela-organela seperti halnya sel eukariotik.

Menurut pengmatan juga, benar apa yang telah dikatakan oleh George bahwa contoh dari orgnanisme prokariotik adalah organisme yang tidak memiliki membrane inti sel dan juga organela seperti bakteri dan archaebacterial. Sel prokariotik hanya memiliki membrane sel, sitoplasma dan nucleoid.

VI.          Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum biologi dasar kali ini adalah:

1. Sel eukariotik merupakan jenis sel yang memiliki sistem endomembrane dimana sel tersebut telah memiliki organel-organel sejati seperti reticulum endoplasma, kompleks golgi dan juga lisosom. Organisme yang memiliki jenis sel ini memilikir membran inti pada inti selnya yang dapat kita amati pada pengamatan kali ini. Adapun contoh dari jenis sel eukariotik adalah sel epitel yang ada pada manusia dan juga Hydrilla

2. Adapun sel prokariotik merupakan jenis sel yang tidak memiliki membrane inti sel dan juga membrane endoplasma. Hal yang di maksud adalah sel prokariotik tidak memiliki organela-organela yang jelas. Berdasarkan hasil dari pengamatan juga dapat diketahui bahwa sel prokariotik hanya memiliki sitoplasma, nukleoida dan juga membran sel. Sel prokariotik pada pengamatan kali ini juga didapatkan melalui air kolam. Adapun contoh dari sel prokariotik adalah bakteri dan juga archaebacteria.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bety Nurhayati. 2017. Biologi Sel dan Molekular. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta

Bruce Alberts. 2008. Molecular Biology of the Cell

Campbell, Neil. A. and Reece, Jane B. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid I. Jakarta. Erlangga

Campbell, Neil. A. and Reece, Jane B. 2010. Biology Ninth Edition. United States of Ameerica

Coadi, D. 2010. Molecular Biology. Elseiver Academic Press

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2007. Color Textbook of Histology. Philadelphia: Saunders Elseveier

George.2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: PT Erlangga

Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta. Erlangga

Katarzyna Koziel. 2009. The International Journal of Biochemistry and Cell Biology

Sumadi dan Marianti, A. 2007. Graha Ilmu. Yogyakarta

Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember. University Press


 

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN

 

PUTU WILANDARI

1813511062

KELOMPOK 10

KELAS B


 

 

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

 FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

     I.     Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:

1.    Untuk mengamati dan mempelajari sel tumbuhan

2.    Untuk mengamati dan mempelajari sel hewan

  II.     Dasar Teori

2.1     Sel Tumbuhan

Sel dari tumbuhan merupakan kelompok sel eukariotik, yakni suatu kelompok sel yang memiliki selaput membrane yang menyelimuti materi genetiknya. Sel tumbuhan memiliki struktur yang khas dibandingkan dengan sel eukariotik lain seperti hewan dan juga manusia. Adapu perbedaan yang paling mendasar adalah tekstur sel tumbuhan yang kaku. Tekstur ini didapat dari dinding sel yang berada paling luar dari sel tumbuhan (Yuwono, 2007).

Salah satu contoh dari sel tumbuhan adalah lamun. Lamun atau yang sering disebut dengan seagrass atau enhalus adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Kamaruddin, 2016).

2.1.1   Enhalus acoroides

Lamun merupakan tumbuhan tangkat tinggi (Magnoliophyta) yang dapat menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal. Kondisi morfologi pantai yang landau dan bersubstrat lumpur sangat mempengaruhi kerapatan dan pertumbuhan jenis tumbuhan ini (Nontji, 2009).

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di laut dangkal. Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidup di lingkungan laut yaitu mampu hidup di media air asin, mampu berfungsi normal dalam keadaan menghadapi arus laut dan juga ombak (Nontji, 2005).

Adapun, menurut Den Hartog (1970) klasifikasi dari lamun jenis enhalus adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi                        : Antophyta

Kelas             : Angiospermae

Sub Kelas      : Monocotyledonae

Ordo             : Helobiae

Famili            : Hydrocharitaceae

Genus            : Enhalus

Spesies          : Enhalus acoroides

2.2     Sel Hewan

Sel hewan merupakan salah satu jenis eukariotik yang menyusun jaringan yang ada pada hewan. Sel hewan, sama seperti sel tumbuhan juga memiliki ciri-ciri tersendiri yang khas yang membedakannya dengan sel-sel eukariotik yang lain (Nugroho, 2006).

Adapun sel hewan terdiri dari bagian-bagian seperti vesikel, mitokondria, lisosom, badan golgi, selaput membran inti, sitosol, vakuola, membrane plasma, mikrotubulus, reticulum endoplasma, ribosom, kromatin, nukleolus, nukleus, dan juga sentriol (Kratz, 2009).

2.2.1        Sardinella lemuru

Ikan lemuru merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan salah satu jenis ikan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan diperairan Selat Bali (Susilo, 2015)

Ikan lemuru memilliki bventuk badan yang memanjang dan bagian perut sebelum sirip perut membundar. Badan ikan ini berwarna keperakan dengan warna biru gelap pada bagian belakangnya. Tidak terdapat bercak gelap pada dasar sirip punggung, dan pada pinggiran tepi sirip ekor berwarna gelap (Hartoko, 2010).

Adapun menurut Saanin (1968) klasifikasi dari lemuru adalah:

Kingdom       : Animalia

Filum             : Chordata

Kelas             : Actinopterygii

Ordo             : Clupeiformes

Famili            : Clupeidae

Genus            : Sardinella

Spesies          : Sardinella lemuru

III.     Metodologi

3.1Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat diadakannya praktikum biologi dasar kali ini adalah di Laboratorium Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, pada hari rabu 07 November 2018 pukul 15.00- 16.40 WITA.

3.2Alat dan Bahan

3.2.1        Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 4 Alat dan Kegunaan

NO

ALAT

JUMLAH

KEGUNAAN

1

Mikroskop

1 buah

Untuk melakukan pengamatan

2

Gelas Beaker

1 buah

Untuk menampung aquades

3

Disetting Set

1 buah

Untuk mengambil objek yang akan diamati

4

Kaca Preparat

1 buah

Untuk meletakkan objek yang akan diamati

5

Cover Glass

1 buah

Untuk menutupi objek yang akan diamati

6

Pipet Tetes

1 buah

Untuk mengambil aquades/cairan

7

Nampan

1 buah

Untuk sebagai alaas untuk membedah objek

8

Tissue

1 buah

Untuk membersihkan alat pada saat pengamatan

9

Alat Tulus

1 buah

Untuk mencatat hasil pengamatan

 

3.2.2        Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:

Tabel 5 Bahan dan Kegunaan

NO

BAHAN

JUMLAH

KEGUNAAN

1

Sel tumbuhan

(Enhalus acoroides)

Secukupnya

Sebagain objek pengamatan

2

Sek Hewan

(Sardinella lemuru)

Secukupnya

Sebagai objek pengamatan

3

Aquades

 

Untuk bahan penyampur objek

 

3.3Cara Kerja

3.3.1        Enhalus acoroides

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah:

1.         Mikroskop disiapkan agar berada pada posisi pemakaian

2.         Alat untuk percobaan pertama seperti gelas beaker, disetting set, kaca preparat, cover glass, pipet tetes, nampan, tissue, dan alat tulis disiapkan

3.         Bahan untuk percobaan pertama yakni Enhalus acoroides dan aquades disiapkan 

4.         Kemudian, objek pertama yakni Enhalus acoroides diambil sampelnya secukupnya

5.         Setelah itu objek diletakkan diatas kaca preparat

6.         Den gan pipet tetes, objek ditetesi dengan aquades

7.         Kemudain objek ditutuo dengan cover glass

8.         Lalu objek diamati dengan mikroskop dengan perbesaran yang telah ditentukan

9.         Setelah itu pengamatan dicatat dengan alat tulis

 

3.3.2        Sardinella lemuru

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah

1.         Bahan utnuk percobaan kedua yakni sel hewan (Sardinella lemuru) dan aquades disiapkan

2.         Kemudian objek  kedua yakni lemuru diambil sampelnya  dengan diseting set

3.         Setelah itu objek diletakkan diatas kaca preparat

4.         Dengan pipet tetes, objek ditetesi dengan aquades

5.         Kemudian objek ditutup dengan cover glass

6.         Lalu objek diamati dengan mikroskop dengn perbesaran yang telah ditentukan

7.         Setelah itu pengamatan dicatat dengan alat tulis

8.         Lalu setelah pengamatan selesai, mikroskop dikembalikan pada posisi   penyimpanan

9.         Kemudian alat dan bahan praktikum dirapikan ke posisi semula.


 

 

IV.     Hasil pengamatan

Gambar 3 Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

 

  V.     Pembahasan

5.1 Enhalus acoroides

Salah satu contoh dari sel eukariotik adalah sel tumbuhan. Sel tumbuhan memiliki struktur khas dibandingkan dengan sel eukariotik lain seperti hewan dan manusia. Adapun berdasarkan dari hasil pengamatan pada praktikum biologi dasar kali ini, benar kata Kamaruddin bahwasannya lamun merupakan suatu tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Adapun ari hasil pengamatan juga, bagian-bagian sel yang terlihat pada lamun adalah nucleus, dinding sel, sitoplasma dan juga kloroplas.

Adapun fungsi dari organel-organel tersebut adalah yang pertama nucleus, yang berfungsi untuk mengontrol aktovotas sel dengan mengelola ekspresi gen. kemudian ada bagian yang bernama dinding sel, yang memiliki fungsi memberikan bentuk pada sel tumbuhan. Kemudian ada sitoplasma yang berfungsi sebagai tempat dimana semua pekerjaan sel dilakukan. Dan yang terakhir ada kloroplas yang berfungsi untuk mengkonversi sinar matahari, air dan karbondioksida menjadi makanan bagi tumbuhan.

5.2 Sardinella lemuru

Salah satu contoh dari sel jenis eukariotik lainnya adalah sel hewan. Sel hewan memiliki perbedaan dengan tumbuhan yaitu tidak memiliki dinding sel dan juga kloroplas. Dan berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum biologi dasar kali ini, benar adanya bahwa lemuru dapat digolongkan ke dalam kingdom Animalia atau hewan karena tidak memiliki dinding sel dan juga kloroplas. Dari hasil pengamatan juga dapat dilihat bahwa hewan memiliki membrane sel. Adapun fungsi dari membrane sel tersebut adalah sebagai pengatur keluar masuknya zat dari dan ke dalam sel, sebagai pengokoh bentuk sel, dan juga sebagai komponen pelindung sel dari dunia luar.

VI.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum biologi dasar kali ini adalah

1. Sel eukariotik merupakan jenis sel yang memiliki sistem endomembrane. Adapun salah satu contoh dari sel eukariotik adalah sel tumbuhan. Sel tumbuhan termasuk atau tergolong kedalam sel eukariotik karena memiliki membrane yang menyelimuti materi genetiknya. Lamun atau enhalus merupakan contoh dari sel hewan. Adapun ari hasil pengamatan lamun memiliki ciri-ciri memiliki dinding sel, kloroplas, dan membrane sel yang membuatnya tergolong kedalam sel tumbuhan.

2. Sel hewan juga merupakan jenis sel yang termasuk atau tergolong kedalam jenis sel eukariotik. Adapun contoh dari sel hewan yang diambil pada praktikum kali ini adalah ikan lemuru. Lemuru merupakan ikan yang tergolong ikan pelagis kecil yang termasuk kedalam family clupeidae. Lemuru tergolong kedalam sel hewan karena memiliki membrane inti sel.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Den Hartog, C. 1970. The Seagraasses of the World. North Holland Publishing Company. Amsterdam

Hartoko, A. 2010. Oseanografi dan Sumberdaya Perikanan-Kelautan Indonesia. UNDIP Press. Semarang

Kamaruddin Zakiah Susanti, Sendy B. Rondonuwu, Pience Veralyn Maabuat. 2016. Keragaman Lamun (seagrass) di Pesisir Desa Lihunu Pulau Bangka Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Kratz, R.F. 2009. Molecular and Cell Biology for Dummies. Hoboken, NJ: John Wiley and Son.

Nontji. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nontji. 2009. Pengelolaan dan Rehabilitasi Lamun. Jurnal Program Trismades Kabupaten Bintan. Propinsi Kepulauan Riau.

Nugroho, H. 2006. Biologi Dasar-dasar. Erlangga. Jakarta.

Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung. Binacipta

Susilo, K. 2015. Variabilitas Faktor Lingkungan pada Habitat Ikan Lemuru di Selat Bali Menggunakan Data Satelit Oseanografi dan Pengukuran Insitu

Wujdi, Arief. Prihatiningsih, dan Suwarso. 2016. Karakteristik Morfologi dan Hubungan Morfometrik Otolith dengan Ukuran Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru Bleeker, 1853) di Selat Bali

Yuwono, Triwibowo. 2007. Biologi Molekular. Jakarta. Erlangga.


 

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

FOTOSINTESIS

 

PUTU WILANDARI

1813511062

KELOMPOK 10

KELAS B


 

 

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

 FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

     I.     Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:

1.    Untuk mengetahui apa itu fotosintesis

2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis pada tumbuhan

  II.     Dasar Teori

2.1     Fotosintesis

Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2 dan H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energy cahaya matahari (Nio, 2012).

Salah satu organisme yang dapat melakukan proses fotosintesis adalah tumbuhan. Tumbuhan menggunakan karbondioksida dan air untuk menghasilkan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Adapun energy untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis (Hidayati et al.,2011 ).

Fotosintesis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi perbedaan antara spesies, pengaruh umur daun, dan pengaruh laju translokasi fotosintat. Adapun faktor lingkungan meliputi ketersediaan air, ketersediaan CO2, pengaruh cahaya, serta pengaruh suhu (Lakitan, 2007).

Rangkaian fotosintesis pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian utama yakni reaksi terang (memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya). Adapun reaksi gelap tidak memerlukan cahaya tetapi tetap memerlukan karbondioksida (Pertamawati, 2010).

Reaksi terang terjadi pada grana (granum), sedangkan reaksi gelap terjadi pada stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energy cahaya menjadi energi kimia yang menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan pada reaksi gelap terjadi reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar C02 dan energi. Adapun energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang (Bryan te al., 2006).

Tanaman menggunakan cahaya sebagai sumber energi utamanya. Cahaya akan mempengaruhi proses metabolisme melalui proses fotosintesis dan respirasi. Tanaman dengan kondisi kekurangan cahaya dapat berakibat terngganggunya proses metabolisme, sehingga dapat menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (George, 2006).

Laju fotosintesis maksimum ketika terdapat banyak cahaya. Semakin banyak karbondioksida yang terdapat di udara juga, maka semakin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan oleh tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis (Ismi et al., 2013).

 

2.2     Hydrilla verticillata

Hydrilla adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya tenggelam dibawah permukaan air. Hydrilla memiliki akar serabut yang berwarna putih atau berwarna merah kecoklatan jika tumbuh pada sedimen, ataupun berwarna hijau karena memiliki kandungan klorofil ketika terpapar sinar matahari (Gartner, 2007).

Adapun ciri-ciri dari Hydrilla verticillata adalah daun yang memiliki ukuran yang cukup kecil berbentuk lanset yang tersusun mengelilingi batang. Batang dari Hydrilla bercabang dan tumbuh mendatar sebagai stolon yang pada tempat tertentu membentuk akar serabut (Phukan et al., 2015).

Klasifikasi dari tumbuhan Hydrilla verticillata adalah:

Kingdom              : Plantae

Super Divisi         : Spermatophyta

Divisi                    : Magnoliophyta

Kelas                    : Liliopsida

Ordo                     : Hydrocharitales

Famili                   : Hydrocharitaceae

Genus                   : Hydrilla

Spesies                 : Hydrilla verticillata

(Yuwono, 2007).

III.     Metodologi

3.1     Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat diadakannya praktikum biologi dasar kali ini adalah di Lapangan parkir Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, pada hari minggu, 18 November 2018 pukul 08.30-11.00 WITA.

3.2     Alat dan Bahan

3.2.1         Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 6 Alat dan Kegunaan

NO

ALAT

JUMLAH

KEGUNAAN

1

Kawat tembaga

Secukupnya

Untuk menyangga corong kaca

2

Tabung reaksi

2 buah

Untuk mengamati gelembung pada saat percobaan

3

Gelas beaker

2 buah

Untuk mewadahi Hydrilla

4

Corong kaca

2 buah

Untuk mengarahkan gelembung ke tabung reaksi

5

Stopwatch

1 buah

Untuk mengukur waktu

6

Lidi

2 buah

Untuk melakukan percobaan

7

Korek api

2 buah

Untuk melakukan percobaan

8

Alat tulis

2 buah

Untuk mencatat hasil percobaan

 

3.2.2         Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 7 Bahan dan Kegunaan

NO

BAHAN

JUMLAH

KEGUNAAN

1

Tumbuhan Hydrilla verticillata

 Secukupnya

Sebagai bahan percobaan

2

Air Tawar

Secukupnya

Sebagai bahan percobaan

 

3.3     Cara Kerja

3.3.1    Dengan Cahaya

1.      Alat dan bahan untuk praktikum disiapkan

2.      Hydrilla dimasukkan kedalam gelas beaker

3.      Kemudian air juga dimasukkan secukupnya

4.      Gelas beaker kemudian ditutupi dengan corong kaca yang ditahan dengan kawat tembaga

5.      Lalu rakitan tersebut ditempatkan di tempat yang terkena cahaya matahari langsung

6.      Kemudian jumlah gelembung dicatat pada table pengamatan

7.      Setelah 30 menit, ujung lidi dinyalakan dengan korek api

8.      Ujung lidi kemudian dimasukkan kedalam gelas tabung reaksi atau ke dalam gas hasul fotosintesis

9.      Lalu hasil pengamatan dicatat

3.3.2    Tanpa Cahaya

1.   Alat dan bahan praktikum disiapkan

2.   Hydrilla dimasukkan ke dalam gelas beaker

3.   Kemudian air juga dimasukkan secukupnya

4.   Gelas beaker kemudian ditutupi dengan corong kaca yang ditahan dengan kawat tembaga

5.   Lalu rakitan tersebut ditempatkan di tempat yang tidak terkna cahaya matahari

6.   Kemudian diamati yang terjadi dan dicatat jumlah gelembung pada tabel pengamatan

7.   Setelah 30 menit, ujung lidi dinyalakan dengan korek api

8.   Ujung lidi kemudian di masukkan ke dalam gas hasil fotosintesis

9.   Kemudian hasil pengamatan dicatat

 

IV.     Hasil Pengamatan

4.1              Dengan Cahaya

4.1.1 Gambar

 

Gambar 4 Gambar Dengan cahaya

4.1.2 Tabel

Tabel 8 Dengan Cahaya

Menit Ke

Jumlah Gelembung

Keterangan

5

4

Terdapat 4 gelembung

10

4

Terdapat 4 gelembung

15

3

Terdapat 3 gelembung

20

3

Terdapat 3 gelembung

25

3

Terdapat 3 gelembung

30

3

Terdapat 3 gelembung

Tabel 8

 

 

 

4.2              Tanpa Cahaya

4.2.1 Gambar Tanpa Cahaya

 

 

Gambar 5 Tanpa Cahaya

4.2.2 Tabel Tanpa Cahaya

Menit Ke

Jumlah Gelembung

Keterangan

5

1

Terdapat 1 gelembung

10

0

Terdapat 0 gelembung

15

0

Terdapat 0 gelembung

20

0

Terdapat 0 gelembung

25

0

Terdapat 0 gelembung

30

0

Terdapat 0 gelembung

Tabel 9

 

 

  V.     Pembahasan

5.1     Dengan cahaya

Dari percobaan mengenai proses fotosintesis Hydrilla dengan menggunakan cahaya matahari, dapat diketahui bahwa pada proses fotosintesis menghasilkan oksigen. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya gelembung-gelembung yang terlihat pada saat pengamatan dibawah cahaya matahari langsung. Pada percobaan yang dilakukan selama 30 menit tersebut, jumlah gelembung yang dihasilkan berbeda-beda pada tiap 5 menitnya. Hal tersebut dikarenakan perbedaan intensitas cahaya matahari karena terkadang terhalang oleh awan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Lakitan (2007) bahwa proses fotosintesis dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya dan juga suhu.

5.2     Tanpa Cahaya

Pada percobaan mengenai proses fotosintesis Hydrilla tanpa bantuan cahaya matahari, dapat diketahui bahwa laju fotosintesis akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas cahaya, dan laju fotosintesis akan menurun seiring dengan menurunnya intensitas cahaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hanya munculnya satu gelembung pada awal percobaan, dan kemudian tidak ada gelembung yang muncul sama sekali, yang menandakan bahwa tidak adanya atau sangat sedikitnya oksigen. Apabila oksigen yang dihasilkan sangatlah kecil seperti itu, hal tersebut juga berarti bahwa tidak terjadinya proses fotosintesis atau menurunnya laju fotosintesis seiring dengan menurunnya intensitas cahaya yang mengenai tumbuhan.

 

VI.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah

1.      Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa proses fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan seperti karbohidrat yang dilakukan oleh organisme seperti tumbuhan yang terutama mengandung zat hijau daun atau klorofil. Tumbuhan biasanya berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta dengan bantuan energy cahaya matahari.

2.      Dari praktikum kali ini juga dapat disimpulkan bahwwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Pada umumnya ada dua faktor yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar atau lingkungan. Faktor dari dalam tersebut dapat meliputi pengaruh umur daun, pengaruh perbedaan spesies dan juga pengaruh laju translokasi fotosintat. Adapun faktor dari luar atau lingkungan adalah seperti ketersediaan air, intensitas cahaya, kadar CO2, dan juga pengaruh suhu yang berasal dari lingkungan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bryant, D.A and N.U. Erigaarol. 2006. Prokaryotic Photosynthesis and Phototropy Illuminated. Trends Microbiol

Gartner, L.P., Hiatt, J.L. 2007. Color Textbook of Histology. Philadelphia: Saunders Elsevier

George.2006. biologi Edisi Kedua. Jakarta. PT Erlangga

Hidayati, N.M. Reza, T. Jobaeti dan M. Mansur.2011. Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah Mekar Sari Bogor, Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca. Jakarta: Pusat TFM-BPP Teknologi

Ismi Alfii, Anni., Endang Saptiningsih, Sri Haryanti. 2013. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Daum (Allium fistolosum L.) di Bandungan, Jawa Tengah.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan Pertama. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Nio Song Ai. 2012. Evolusi           Fotosintesis pada Tumbuhan. Manado: Universitas Sam Ratulangi

Pertamawati. 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang (Salanun tuberesum L.) dalam Lingkungan Fotoautotrof Secara Invitro. Jakarta: Pusat TFM-BPP

Phukan, P.Phukan, R., dan Phukan S.N. 2015. Heavy Metal Uptake Capacity of Hydrilla verticillata: A commonly available Aquatic Plant. International Research Journal of Environtment Sciences

Yuwono, Hala. 2007. Biology Umum 2. Makasar: UIN Alaudin Press.

 


 

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

EKOSISTEM


PUTU WILANDARI

1813511062

KELOMPOK 10

KELAS B


 

 

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

 FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

     I.     Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali adalah:

1.      Untuk mengetahui ekosistem yang ada di pantai

2.      Untuk mengetahui komponen jenis hewan dan tumbuhan yang menyusun ekosistem pantai

 

  II.     Dasar Teori

2.1     Ekosistem

Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara mahluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup (biotik) dan tak hidup (tanah, air, udara) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi (Saktiyono, 2008).

Komponen penyusun ekosistem dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik yaitu bagian dari suatu ekosistem yang terdiri dari mahluk hidup. Sedangkan komponen abiotic yaitu bagian dari suatu ekosistem yang terdiri atas mahluk tak hidup seperti cahaya, udara dan air (Netty, 2015).

 

2.2     Ekosistem Lamun

Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terdapat di daerah pesisir. Padang lamun merupakan ekosistem yang terdiri dari satu atau lebih spesies lamun yang berin teraksi dengan faktor biotik dan abiotic di lingkungannya (Harylen et al., 2007).

2.2.1        Jenis Lamun

            Adapun beberapa jenis lamun yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut

2.2.1.1       Halophila ovalis

Jenis lamun ini memiliki ciri yakni ada akar pada setiap nodusnya. Tiap nodus terdiri dari sepasang daun dengan jarak antara nodus kurang lebih 1,5 cm. panjang helaian daunnya kecil dan tulang daunnya berjumlah 10-20 pasang (Agus, 2015).

Adapun klasifikasi dari Halophila ovalis adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Helobiae

Famili            : Hydrocharitaceae

Genus            : Halophila

Spesies          : Halophila ovalis

(Waycott et al., 2004).

 

2.2.1.2       Cymodocea rotundata

Lamun jenis ini memiliki tepi daun yang halus atau licin, tidak bergerigi, dengan tulang daunnya yang sejajar dan akar pada tiap nodusnya terdiri daari 2-3 helai. Akarnya tidak bercabang dan tidak mempunyai rambut akar. Tiap nodus hanya terdapat satu tegakan (Waycott et al., 2004).

Adapun klasifikasi dari lamun Cymodocea rotundata adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Potamogetanales

Famili            : Cymodoceaceae

Genus            : Cymodocea

Spesies          : Cymodocea rotundata

(Waycott et al., 2004).

 

2.2.1.3       Syringodium isoetifolium

Jenis lamun ini memiliki bentuk daun yang silinder dan terdapat rongga udara di dalamnya. Lamun ini biasanya ditemukan di Indo-Pasifik Barat di seluruh daerah tropis (Waycott et al., 2004).

Adapun klasifikasi dari Syringodium isoetifolium adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Potamognotales

Famili            : Cymodoceaceae

Genus            : Syringodium

Spesies          : Syringodium isoetifolium

(Nybakken, 1992).

 

2.2.1.4       Enhalus acoroides

Jenis lamun ini memiliki ciri-ciri khas yakni daunnya berbentuk pita tanpa ligula atau petiole tanpa selubung daun. Selain itu, rimpangnya diutupi oleh serabut kaku berwarna hitam serta akar besar yang menancap kuat pada substrat (Den Hartog et al., 2006).

Adapun klasifikasi dari Enhalus acoroides adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Helobeae

Famili            : Hydrocharitales

Genus            : Enhalus

Spesies          : Enhalus acoroides

(Waycott et al., 2004).

 

2.2.1.5       Thalassia hemprinchii

Lamun jenis ini memiliki rhizoma yang berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1-4 mm dan panjang 3-6 cm. setiap nodusnya ditumbuhi satu akar dimana akar tersebut dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakannya mempunyai 2-5 helai daun dengan opeks daun yang membulat (Purnomo et al., 2008).

Adapun klasifikasi dari lamun Thalassia hemprinchii adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Helobiae

Famili            :  Hydrocharitales

Genus            : Thalassia

Spesies            : Thalassia hemprinchii

(Purnomo et al., 2008).

 

2.2.1.6       Halophila sulawesii

Jenis lamun ini adalah spesies jenis yang baru ditemukan yang tumbuh di air dalam sekitar karang di kepulauan spermonde barat daya Sulawesi. Spesies ini berhubungan erat dengan Halophila ovalis dan Halophila capricornii hanya memiliki perbedaan dalam jumlah yang cukup vegetative dan perbedaan lainnya adalah Halophila ovalis dioecious sedangkan Halophila sulawesii monocious

Adapun klasifikasi dari Halophila sulawesii adalah:

Kingdom       : Plantae

Filum             : Tracheophyta

Kelas             : Liliopsida

Ordo              : Hydrocharitales

Famili            : Hydrocharitaceae

Genus            : Halophila

Spesies          : Halophila sulawesii

(Kuo, 2007).

 

 

2.2.1.7       Halodule uninervis

Jenis lamun ini memiliki ujung daun yang berbentuk trisula dan runcing, terdiri dari 1-3 urat halus yang jelas terlihat, dan memiliki sarung serat dan rhizoma berwarna putih dengan serat-serat berwarna hitam kecil pada nodusnya. Lamun ini biasanya ditemukan di daerah tropis dan sangat umum di daerah intertidal (Waycott et al., 2004).

Adapun klasifikasi dari Halodule uninervis adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Potamogetanales

Famili            : Cymodoceaceae

Genus            : Halodule

Spesies          : Halodule uninervis

(Waycott et al., 2004).

 

2.2.1.8       Thalassodendron ciliatum

Lamun jenis ini memiliki jenis daun yang berbentuk sabit. Rhizomanya sangat keras dan berkayu. Dan terdapat bekas-bekas goresan diantara rhizoma dan tunasnya (Den Hartog, 1970).

Adapun klasifikasi dari Thalassodendron ciliatum adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Potamogetanales

Famili            : Cymodoceaceae

Genus            : Thalassodendron

Spesies          : Thalassodendron ciliatum

(Nybakken, 1992).

 

 

2.2.1.9       Halodule pirifolia

Lamun jenis ini merupakan spesies terkecil dari genus Halodule. Bentuk daunnya lurus dan tipis, dan biasanya pada bagian tengah ujung daun robek. Lamun ini dapat ditemukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis dan sangat umum di daerah intertidal (Den Hartog, 1970).

Adapun klasifikasi dari Halodule pirifolia adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Potamogetanales

Famili            : Cymodoceaceae

Genus            : Halodule

Spesies          :  Halodule pirifolia

(Den Hartog, 1970).

 

2.2.1.10   Cymodocea serrulata

Jenis lamun ini memiliki daun yang berbentuk selempang yang melengkung dengan bagian pangkal menjepit kearah ujung agak melebar. Ujung daunnya bergerigi dan memiliki warna hijau atau orange pada rhizome (Tuwo, 2011).

Adapun klasifikasi dari Cymodocea serrulata adalah:

Kingdom       : Plantae

Divisi             : Anthopyta

Kelas             : Angiospermae

Ordo              : Potamogetanales

Famili            : Cymodoceaceae

Genus            : Cymodocea

Spesies          : Cymodocea serrulata

(Tuwo, 2011).

 

2.2.2        Algae

Algae dibagi kedalam tiga kelas besar yaitu, Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga coklat), dan yang terakhir adalah Chlorophyceae (alga hijau) (Anggadiredja, 2008).

Adapun klasifikasi dari alga yang diamati yakni alga coklat Padina australis adalah:

Kingdom       : Chromista

Filum             : Ochrophyta

Kelas                         : Phaeophyceae

Ordo                         : Dictyotales

Famili            : Dictyotaceae

Genus            : Padina

Spesies          : Padina australis

(Guiry, 2018).

Alga coklat memiliki thallus berwarna coklat yang bervariasi dari coklat tua sampai coklat muda. Bentuk thallusnya juga beranekaragam. Ada yang memiliki bentuk silindris, gepeng, dan juga lembaran (Widiyastuti, 2009).

 

2.3     Invertebrata

Invertebrata laut adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang dan hampir dapat ditemukan diseluruh kawasan perairan laut, termasuk kawasan pesisir pantai seperti terumbu karang (Abdul, 2007).

Hewan invertebrate (tidak bertulang belakang) terdiri dari beberapa golongan, yaitu: hewan bersel satu (protozoa), hewan jenis cacing (vermes), hewan lunak (moluska), hewan berongga (coelenterata), hewan berkulit duri (Echinodermata), dan hewan berbuku-buku (anthropoda) (Waluyo dan Irianto, 2010).

Salah satu contoh dari hewan invertebrate yang berada diperairan laut adalah bintang laut. Adapun klasifikasi dari bintang laut dengan spesies Protoreaster nodosus adalah:

Kingdom  : Animalia

Filum                                : Echinodermata

Kelas                                : Farcipulatida

Ordo                                 : Asteridae

Famili                               : Asteroidea

Genus                               : Protoreaster

Spesies                             : Protoreaster nodosus

(Clark and Rowe, 1971).

 

III.     Metodologi

3.1  Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat diadakannya praktikum biologi dasar kali ini adalah di Pantai Samuh, Desa Jimbaran Kecamatan Kuta Selatan pada hari minggu, 18 November 2018 pukul 16.00-18.30 WITA

3.2  Alat dan Bahan

3.2.1        Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:

Tabel 10 Alat dan Kegunaan

No

Alat

Jumlah

Kegunaan

1

Alat dasar selam

1 buah

Untuk menyelam

2

Papan jalan/fin

1 pasang

Untuk menyelam

3

Alat tulis

1 buah

Untuk mencatat hasil pengamatan

4

kamera

1 buah

Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan

3.3  Cara Kerja

Adapun cara kerja pada praktikum kali ini adalah:

3.3.1                Pengamatan langsung

1.    Alat untuk praktikum disiapkan

2.    Kemudian dipilih beberapa orang dari setiap kelompok untuk melakukan observasi

3.    Lalu alat dasar selam digunakan dengan baik dan benar oleh setiap praktikan

4.    Selanjutnya diamatinya ekosistem yang ada di Pantai Samuh oleh setiap praktikan

5.    Setelah diamti hasil pengamatan didokumentasikan oleh anggota kelompok yang tidak turun ke lapangan

6.    Setelah pengamatan selesai hasil pengamatan kemudian dicatat menggunakan alat tulis


 

IV.     Hasil Pengamatan

Gambar 6 Jenis Lamun

 

Gambar 7 Invertebrata

  V.     Pembahasan

5.1     Lamun

Dari pengamatan langsung yang telah dilakukan di Pantai Samuh, dapat diketahui bahwa lamun merupakan suatu jenis tumbuhan yang telah sepenuhnya beradaptasi hidup di lingkungan laut. Lamun umumnya terdapat pada daerah pesisir sesai dari pengamatan yang telah dilakukan. Adapun, benar menurut Harxylen bahwasannya ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terdapat di daerah pesisir. Dari hasil pengamatan langsung yang telah dilakukan juga, ada beberapa jenis tumbuhan lamun yang dapat ditemukan di pantai samuh diantaranya, Halophila ovalis, Enhalus acoroides, dan Syringodium isoetifolium.

Halophila ovalis adalah jenis lamun yang terdiri dari sepasang daun dengan jarak antara nodus kurang lebih 1,5cm. Dari hasil pengamatan juga dapat diketahaui bahwa pembeda Halophila ovalis dengan jenis lamun Halophila lainnya adalah jumlah tulang daunnya yang berjumlah 10-20 pasang.

Enhalus acoroides adalah jenis lamun yang memiliki karakteristik yakni rimpangnya tertutupi serabut kaku berwarna hitam dan daun yang berbentuk pita. Hal tersebut juga didapat melalui pengamatan langsung.

Syringodium isoetifolium, dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jenis lamun iini memiliki ciri khas yang sangat unik yang membedakannya dari jenis lamun lainnya, yakni bentuk daunnya yang silinder seperti lidi dan terdapat rongga udara didalamnya.

5.2     Bintang Laut

Dari pengamatan langsung yang telah dilakukan juga, dapat diketahui bahwa pada ekosistem lamun terdapat penyusun biotik lain seperti hewan-hewan vertebrata.salah satu yang dapat ditemukan di Pantai Samuh adalah jenis bintang laut Protoreaster nodosus. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwaaabintang laut jenis ini memiliki ciri khas yakni memiliki sejenis tanduk atau duri diatas tubuhnya. Bintang laut jenis ini biasanya dapat ditemukan di daerah Indo-Pasifik.

 

VI.     Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah

1.        Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara mahluk hidup dengan lingkungannya yang saling memengarauhi satu dengan yang lainnya. Ada banyak jenis ekosistem yang ada di muka bumi, salah satunya adalah ekosistem yang ada di pantai. Di pantai juga ada sangat banyak ekosistem, contohnya adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, dan juga ekosistem lamun. Adapun, ekosisem padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terdiri dari satu atau lebih spesies lamun yang berinteraksi dengan komponen biotik dan abiotik.

2.        Adapun komponen penyusun ekosistem dapat disimpulkan sebagai suatu penyusun ekosistem yang terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Contoh daripada komponen biotik pada ekosistem adalah hewan dan tumbuhan. Adapun contoh dari hewan yang menyusun ekosistem pantai adalah bintang laut. Dan contoh dari tumbuhan yang menyusun ekosistem pantai adalah lamun.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdul Gani, Eka Rosyida, Novalina Serdiati. 2007. Keanekaragaman Jenis Invertebrata yang Berasosiasi dengan Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Teluk Palu Kelurahan Panau Kota Palu

Agus.2015. Pertanian Indonesia Menuju Millenium Development Goals

Anggadiredja, J.T., A. Zatnika, H. Purwo dan S. Istini. 2008. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Dewan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Clark, A.M. Rowe, F.W.E. 1971. Monograph of Swallow-water Indo-West Pacific Echinoderms. London. Trustees of the British Museum

Den Hartog, C. 1970. The Seagrasses of the World. North Holland. Amsterdam

Den Hartog dan Kuo J. 2006. Taxonomy and Biography of Seagrasses. Global Seagrass Research Methods

Dody Prisambodo. 2007. Sebaran Jenis-Jenis Lamun di Sulawesi Selatan. Jurnal Bionature. Universitas Negeri Makasar.

Guiry, M.D. 2018. Algae Base. World-Wide Electronic Publication National Un iversity of Ireland, Galway.

Harxylen Kiranti Purnomo, Yuni Yusniawati, Alfiatri Putrika, Windri Handayani, Yasman. 2007. Seagrass Species Diversity Varies Seagrass Bed Ecosystem in the West Bali National Parth Area

Kuo, J. 2007. New Monocious of Seagrass Halophila sulawesii (Hydrocharitaceae) from Indonesia Aquatic Botani.

Netty Demak H. Sitanggang. 2015. Peningkatan Belajar Ekosistem Melalui Penggunaan Laboratorium Alam

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta

Purnomo, Bambang. 2008. Peralatan dan Prosedur Praktikum. Jakarta

Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta. Erlangga

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut- Suatu Pendekatan Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional. Surabaya

Waluyo, K. dan Irianto, K. 2010. Memahami Sains Zoologi. Penerbit: PT Sarana Ilmu Pustaka, Bandung

Wayycott M, et all. 2004. A guide to Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. Townsville. James Cook University

Widiastuti. 2009. Kadar Alginat Rumput Laut yang Tumbuh di Perairan Lombok yang Diekstrak Dengan Dua Metoda Ekstraksi. Jurnal Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Mataram

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Harmfull Algae Blooming, Ciri khas, Kategori dari Harmfull algae blooming, Penyebab terjadinya HAB beserta Contoh Alga blooming

Pengertian Sel, Perbedaan sel eukariotik dan Prokariotik beserta contoh nya, serta contoh laporan praktikum sel eukariotik dan prokariotik