Pengertian Harmfull Algae Blooming, Ciri khas, Kategori dari Harmfull algae blooming, Penyebab terjadinya HAB beserta Contoh Alga blooming

 

Harmfull algae

Harmfull alga merupakan istilah dalam bahasa inggris yang digunakan untuk mengelompokkan alga dengan jenis yang berbahaya atau membahayakan. Alga sendiri merupakan sekumpulan organisme autotrof maupun heterotrof yang memiliki ukuran makroskopis ataupun mkroskopis yang biasanya memiliki habitat di suatu perairan. Alga umumnya hidup di perairan air laut tetapi juga hidup di perairan air tawar atau dapat dikatakan bahwa alga merupakan suatu organisme yang hidup pada daerah aquatic. Alga secara umum memang hidup pada daerah aquatic atau pada wilayah perairan (air laut maupun air tawar), namun alga dapat juga ditemukan di wilayah yang memiliki sifat lembab atau tidak pada wilayah berair. Alga yang dapat hidup di wilayah lembab tersebut dapat hidup di bebatuan maupun pepohonan bahkan tanah.

Ciri khas dari alga adalah dapat melakukan fotosintesis seperti pohon tingkat tinggi namun yang membedakan alga adalah mereka tidak memiliki akar, batang dan daun yang sejati. Sebagian alga dapat bergerak seperti hewan, namun karena ciri khas yang cenderung seperti tumbuhan maka jenis tersebut dapat digolongkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah.

Definisi umum harmfull algae adalah istilah yang digunakan untuk mengelompokkan jenis alga yang berbahaya atau memiliki potensi bahaya. Alga dapat dikatakan berbahaya karena sebagian jenis alga dapat memproduksi racun, memiliki karakteristik morfologis tertentu atau dapat menghasilkan ledakan biomassa atau jumlah sel yang sangat besar sehingga dapat mengakibatkan kematian massal organisme di suatu perairan, membuat gangguan kesehatan baik pada organisme lainnya atau manusia dan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, dan menyebabkan kerugian ekonomis.

Harmfull alga atau sering disebut  alga marak yang berbahaya merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut peristiwa atau fenomena terjadinya ledakan populasi fitoplankton atau biomassa yang ditandai dengan konsentrasi sel yang melebihi kondisi normal atau kondisi ambang batas kondisi ini sering disebut dengan eutrofikasi. Adanya harmfull alga ini biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna pada suatu permukaan atau kolom peraian. Harmfull alga dikenal juga dengan red tide meskipun warnanya ada bermacam-macam. Catatan sejarah pertama yang dilakukan oleh manusia yang diperkirakan mencatat terjadinya kejadian alga blooming adalah ketika adanya catatan sejarah pada jaman firaun dimana mengatakan terjadinya perubahan air sungai nil menjadi merah darah (yang dikatakan di ceritakan beberapa kitab)

Tidak semua alga bloom adalah berbahaya, salah satunya adalah kejadian yang terjadi di Hongkong dimana alga dengan jenis Pyrodinium sp. Jumlah alga tersebut tidak banyak, menimbulkan nyala pada air dengan warna kebiruan yang disebabkan oleh kandungan bioluminescens dimana ketika air dan alga tersebut bergerak karena air laut atau ketika air dipercikkan maka zat tersebut akan menyala.

Alga pada saat blooming juga dapat berguna pada saat jenis tertentu dibudidayakan dengan suatu kondsi khusus yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan medis atau kesehatan atau dapat digunakan untuk kosmetik. 

Fenomena harmfull alga blooming merupakan fenomena alami yang terjadi sedari dulu di lautan. Namun dekade belakangan harmfull alga blooming terjadi lebih intensif dan lebih sering karena adanya masukkan runoff dari kegiatan manusia seperti dari pertanian, rumah tangga yang masuk ke wilayah pesisir. Runoff atau input nutrisi tersebut yang menyebabkan tumbuh dan meledaknya populasi alga yang pada akhirnya menyebabkan harmfull alga blooming.

Ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya harmfull alga blooming yang pertama ada intensintas cahaya matahari. Umumnya harmfull alga blooming terjadi diwilayah tropis, terjadinya harmfull alga blooming pada wilayah subtropis biasanya terjadi pada musim panas maupun musim semi. Alga blooming juga dipengaruhi oleh angin dimana cenderung terjadi di wilayah pesisir karena terbawa angin, kemudian faktor kondisi perairan juga mempengaruhi dimana kondisi perairan yang tenang dan cenderung tidak terlalu ada banyak gelombang menyebabkan besarnya kemungkinan terjadinya harmfull alga blooming . temperatur yang lebih hangat juga mempengaruhi adanya harmfull alga blooming. Input nutrient dari daratan juga dapat mempengaruhi terjadinya harmfull alga blooming dimana nutrient seperti (fosfor, nitrogen, Silica) dapat mengakibatkan terjadinya kesuburan pada perairan yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan alga yang besar.

Ada beberapa kategori dari HAB, berdasarkan ukurannya HAB disebut makroalga ketika berukuran besar dan umumnya dapat dilihat dengan mata dan tanpa menggunakan alat bantu khusus seperti mikroskop. Salah satu contoh terjadinya ledakan HAB kategori makroalga adalah pada kasus di Cina dimana terjadinya blooming yang menyebabkan terganggunya kegiatan manusia dan menyebabkan efek lanjutan dimana terjadinya pembusukan yang mengakibatkan masalah seperti penyakit dan gangguan kesehatan.

Kategori lain dari HAB adalah jenis mikroalga. Mikroalga ini merupakan jenis alga mikroskpis yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop dimana pada umumnya ada 7 jenis mikroalga ini yaitu Dinoflagelata, Diatom, Haptopita, Raphidopita, Dictyopita, Pelagopita dan Cyanobacteria.

Menurut Lassus et al. (2016) ada 5 kategori harmfull alga berdasarkan dampak potensi negatifnya, yaitu:

1. Jenis yang tidak beracun, tetapi dapat memproduksi bloom atau jumlah sel yang banyak yang menyebabkan dapat terjadinya kurangnya oksigen terlarut yang ada diperairan yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian organisme lainnya

2. Spesis beracun penyebab terjadinya keracunan bila mengkonsumsi hewan laut atau seafood poisonings baik yang dikonsumsi oleh hewan maupun manusia

3. Beracun bagi manusia bila terjadi kontak, contohnya apabila suatu alga blooming dan kemudian mengeluarkan suatu zat ke udara atau aerosol sehingga dapat menyebabkan keracunan atau bahaya bagi manusia yang menghirupnya.

4. Tidak berbahaya bagi manusia, tetapi berbahaya bagi hewan lainnya bila terjadi kontak fisik, contohnya adalah kerusakan insang atau permukaan tubuh ikan yang diakibatkan oleh suatu alga

5. Sifat racunnya hanya diketahui melalui tes lab tetapi tidak diketahui dampak realnya di lapangan.

Cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mendeteksi harmfull alga adalah melakukan identifikasi morfologis dengan menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop elektron dengan cara mengidentifikasi berdasarkan dengan persamaan atau perbedaan karakteristik morfologis seperti ukuran atau dimensi, warna dan fitur spesifik. Identifikasi ini memerlukan keahlian khusus dibidang taksonomi dan ketelitian tinggi. Cara lainnya yang dapat digunakan adalah dengan cara analisis filogenetik molekuler dimana menggunakan prinsip DNA dari suatu organisme yang pada akhirnya menghasilkan pohon genetik.. Cara lainnya adalah bisa menggunakan cara eDNA misalkan melihat harmfull alganya ada dimana saja, kemudian melihat sensor yang ada di buoy untuk melihat sebaran adanya harmfull alga, menggunakan drone mapping dan juga menggunakan remote sensing untuk mendeteksi adanya blooming.

Ada beberapa dampak yang diakibatkan oleh adanya harmfull alga blooming. Yang pertama adalah HAB menyebabkan kematian massal pada organisme laut seperti ikan karena mengurangi DO yang ada pada perairan yang lainya adalah mengandungnya racun pada alga yang dapat membunuh organisme secara tidak langsung. Alga bloom juga  dapat menyebabkan tenggelamnya burung-burung laut, contohnya pada kasus Dinoflagelata yang menghasilkan senyawa surfactan yang mengakibatkan luruhnya minyak pada bulu burung laut yang pada akhirnya menyebabkan tenggelamnya burung-burung laut tersebut. Contoh lainnya adalah pada kasus alga jenis Pfiesteria piscida yang menyebabkan luka pada suatu organ tubuh pada ikan yang pada akhirnya menyebabkan infeksi dan kematian pada ikan. Dampak lainnya alga dapat menyebabkan kematian bagi mamalia besar seperti paus, contoh kasus ada di Chile Amerika Selatan dimana lebih dari 300 paus yang mati akibat racun yang diproduksi oleh alga dari jenis Alexandria.

Contoh lain dari dampak harmfull alga blooming adalah seafood poisonings atau keracunan akibat memakan kerang atau shellfish dan keracunan akibat memakan ikan yang memakan alga beracun. Alga blooming juga dapat mematikan fasilias destilasi air laut yang dimana fasilitas yang biasanya digunakan untuk mengubah air laut menjadi air tawar dipenuhi oleh sel-sel alga blooming yang menyebabkan terhambatnya filtrasi air laut tersebut.

Keracunan yang diakibatkan dari konsumsi seafood yang tercemar harmfull alga  adalah

1. Paralytic shellfish poisoning (PSP) yang mengakibatkan paralisis dan komplikasinya

2. Diarrhetic shellfish poisoning (DSP) yang menyebabkan gangguan pencernaan

3. Amnestic shellfish poisoning (ASP) yang menyebabkan gangguan pada otak seperti amnesia dan gangguan koordinasi

4. Neurotioxic shellfish poisoning( NSP) yang menyebabkan gangguan pada saraf dan koordinasi

5. Azaspiracid shellfish poisoning (AZP) yang memiliki gejala mirip dengan DSP

6. Ciguareta shellfish poisoning (CFP) yang menyebabkan gangguan pencernaan, kardiovaskular, dan saraf koordinasi

Urgensi meneliti harmfull alga blooming diantaranya adalah:

1. Untuk mengetahui komposisi harmfull alga di suatu wilayah, dimana kita harus melihat diwilayah kita apakah ada harmfull alga

2. Untuk mengetahui potensi dampak negatif harmfull alga blooming di suatu wilayah tersebut

3. Untuk mengawasi atau monitor potensi dampak negatif harmfull alga blooming berdasarkan waktu dan lokasi

4. Untuk mengurangi atau menghindari potensi dampak negatif harmfull alga blooming pada lingkungan, khususnya pada manusia.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya harmfull alga blooming.

Di Indonesia sendiri ilmu pengetahuan mengenai harmfull alga blooming masih sangat jauh dari luar negri. Harmfull alga di Indonesia dari tahun 1990-2015. Ada beberapa kasus harmfull alga blooming yang terjadi di Indonesia, yang pertama adalah matinya ikan di pelabuhan Lampung pada tahun 2012 disebabkan oleh alga Cochlodinium polykrikoides, kemudian ada kematian ikan di Jakarta Bay pada november 2015 yang disebabkan oleh alga jenis Coscinodiscus spp., kemudian ada juga kematian ikan di Ambon pada 2012, dan terjadinya Red tide di Al Island Banda pada tahun 2015.

Komentar