CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN BIOLOGI DASAR, EKOLOGI DAN SIKLUS BIOGEOKIMIA
1. SEBUTKAN DAN JELASKAN LEVEL
ORGANISASI DALAM SISTEM EKOLOGI
Organisasi
ekologi merupakan salah satu aspek seperti disiplin ini, yang membuat hal-hal
sederhana dengan mengklasifikasikan lingkungan di tingkat yang berbeda, mulai
dari organisme individu untuk biosfer secara keseluruhan.
Adapun
terdapat 6 level organisasi dalam system ecologi yaitu:
1) Pada
tingkat pertama organisasi ekologi, Anda menemukan spesies individu organisme
hidup. Setiap spesies tanaman dan hewan di planet ini, langsung dari bakteri
dan jamur mikroskopis untuk ikan paus biru raksasa dan Giant Sequoias,
menemukan tempat di tingkat piramida ekologi. Distribusi spesies ini diatur
oleh faktor abiotik dari daerahnya.
2) Tingkat
kedua piramida ini terdiri populasi spesies individu menampilkan di tingkat
pertama. Dalam hal ini, populasi mengacu pada sekelompok spesies hidup bersama
di wilayah geografis yang dibatasi. Misalnya, kawanan wildebeests di Savannah
Afrika atau coyote di padang rumput Amerika Utara (Odum, 1993).
3) Tingkat
ketiga dari piramida ekologi terdiri komunitas spesies yang berbeda yang hidup
bersama di wilayah geografis dan batas-batasnya berinteraksi satu sama lain.
Interaksi antara anggota komunitas ini sering berkisar pada konsep
predator-mangsa dan hubungan simbiosis.
4) Pada
tingkat berikutnya organisasi ekologi terletak di ekosistem, lingkungan
biologis yang terdiri dari semua organisme hidup dan hal-hal non-hidup (atau
faktor abiotik seperti udara, tanah, dan air) di daerah tertentu dan interaksi
di antara mereka. Meskipun banyak orang menyebut tingkat ini sebagai tingkat
organisasi dalam suatu ekosistem, secara teknis tidak benar karena ekosistem
sendiri adalah salah satu tingkat organisasi ekologi (Riberu, 2002).
5) Tingkat
kelima dari piramida ekologi adalah bioma, komunitas biotik utama yang biasanya
ditandai dengan bentuk dominan vegetasi dan kondisi iklim. Beberapa bioma yang
paling menonjol dari dunia termasuk bioma gurun, bioma hutan hujan, bioma
Savannah, dll
6) Tingkat
terakhir dari piramida ekologi adalah biosfer, yang terdiri dari permukaan bumi
dan atmosfer. Hal ini juga dikenal sebagai zona kehidupan di Bumi, karena fakta
bahwa semua mahluk hidup ditemukan di planet ini hidup berdampingan di sini.
Sederhananya, itu adalah jumlah dari semua ekosistem planet ini (Kaligis, 2007).
2. SEBUTKAN DAN JELASKAN
MACAM-MACAM SIKLUS BIOGEOKIMIA, MINIMAL 3 SIKLUS
Pengertian Siklus
Biogeokimia
Siklus biogeokimia atau
yang biasa disebut dengan siklus organik-anorganik adalah siklus unsur-unsur
atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke komponen biotik dan
kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya
melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan
abiotik sehingga disebut sebgai siklus biogeokimia.Siklus biogeokimia yang
terjadi di alam dapat berupa silkus air, siklus oksigen dan karbondioksida
(karbon), siklus nitrogen, dan siklus materi (mineral) yang berupa unsur-unsur
hara.
Macam-Macam
Siklus Biogeokimia
a)
Siklus
Karbon
Karbon
dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia
yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah
atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan
hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi
kira-kira 387 ppm berdasarkan volume. Walaupun jumlah ini bisa bervariasi
tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang
penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Siklus
karbon adalah siklus biogeokimia di mana karbon dipertukarkan antara biosfer,
geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran.
Reservoir-reservoir tersebut adalah:
·
Atmosfer
·
Biosfer Teresterial, meliputi freshwater
sistem dan material nonhayati organik seperti soil karbon (karbon
tanah)
·
Lautan, meliputi karbon anorganik
terlarut dan biota laut hayati atau nonhayati
·
Sedimen, meliputi bahan bakar fosil
Pertukaran
karbon antara reservoir terjadi karena proses kimia, fisika, geologi, dan
biologi yang bermacam-macam.
Karbon di Atmosfer
Kandungan
karbon terbesar yang terdapat diatmosfer bumi adalah gas karbondioksida (CO2)
sebesar 0.03%. Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari
seluruh gas yang ada di atmosfer, namun gas ini memiliki peran penting dalam
menyokong kehidupan gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer semakin
bertambah selama beberapa tahun terakhir ini dan berperan dalam peningkatan
pemanasan global.
Karbon
dapat diambil dari atmosfer dengan berbagai cara, antara lain:
1. Melalui proses fotosintesis
Ketika
matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengunbah
karbondioksida menjadi karbohidrat dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Karbon
pada proses ini akan banyak di serap oleh tumbuhan yang baru saja tumbuh atau
pepohonan pada hutan yang sedang di reboisasi sehingga membutuhkan pertumbuhan
yang cepat
2.
Melalui sirkulasi termohalin
Pada
permukaan laut di daerah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan
karbondioksida lebih mudah larut dalam air. Karbondioksida yang larut tersebut
akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang
lebih berat menuju ke dalam laut. Di laut bagian atas, pada daerah yang
poduktivitasnya tinggi organisme membentuk cangkang karbonat dengan
bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini menyebabkan aliran karbon
menuju ke bawah.
3.
Melalui pelapukan batu silikat
Proses
ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke
atmosfer seperti dua proses sebelumnya. Pelapukan batuan silikat tidak memilki
efek yang terlalu besar terhadap karbondioksida pada atmosfer karena ion
karbonat pada atmosfer yang terbentuk terbawa oleh air laut dan selanjutnya akan
dipakai untuk membuat karbonat laut.
Karbon dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai cara pula antara lain:
1.
Melalui respirasi tumbuhan dan binatang
Proses
ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga penguraian glukosa menjadi
karbohidrat dan air.
2.
Melalui pembusukan, tumbuhan, dan binatang
Jamur
dan bakteri menguraikan senyawa karbon pada tumbuhan dan binatang yang mati dan
mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia aksigen atau menjadi
metana jika tidak tersedia oksigen
3.
Melalui pembakaran material organic
Proses
ini berlangsung dengan cara mengoksidasi karbon yang terkandung pada material
organik menjadi karbondioksida. Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara,
minyak bumi, dan gas alam akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalam
geosfer, sehingga menyebabkan kadar karbon dioksida di atmosfer semakin
bertambah.
4.
Melalui produksi semen
Salah
satu komponen semen yaitu kapur atau kalium oksida dihasilkan dengan cara
memanaskan batu kapur yang akan menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah
banyak.
5. Melalui erupsi vulkanik
Erupsi
vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepasakan gas ke atmosfer. Gas-gas
tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon
dioksida yang dilepas ke atmosfer hampir sama dengan jumlah karbon dioksida
yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan batuan silikat.
6.
Melalui pemanasan permukaan laut
Di
permukaan laut, ketika air laut menjadi lebih hangat, karbon dioksida yang
larut dalam air akan dilepas ke atmosfer sebagai uap air.
Karbon di Biosfer
Dalam
biosfer terdapat sekitar 1900GtC gas karbon dioksida dan oksigen. Karbon adalah
bagian yang penting dalam menunjang kehidupan di bumi, karena karbon berperan
dalam strutur biokimia dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Proses-proses
perpindahan karbon di biosfer sama dengan proses perpindahan karbon di
atmosfer, karena semua proses yang terjadi di atmosfer harus melalui biosfer
terlebih dahulu.
Karbon di Laut
Laut
mengandung sekitar 36000 GtC ion karbonat yang merupakan kandungan umum. Karbon
anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau
karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksi yang terjadi pada air. Pertukaran
karbon penting untuk mengontrol pH di laut dan dapat di jadikan sebagai sumber.
Proses pertukaran karbon antara atmosfer dengan lautan diawali dengan pelepasan
karbon ke atmosfer yang terjadi di daerah upwelling (lautan bagian atas),
kemudian pada daerah downwelling (laut bagian bawah), karbon
berpindah dari atmosfer kembali ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam
karbonat terbentuk dengan reaksi kimia:
Di
ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung.
Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai
menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di
air.
Karbon
dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan mikroorganisme
pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis.
Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting dalam siklus
karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping pembakaran bahan
bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari gunung berapi dan
proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas. Karbon dioksida tidak
mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun langsung menjadi
padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat, karbon dioksida
umumnya disebut sebagai es kering. Neraca karbon global adalah kesetimbangan
pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir karbon atau
antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer).
Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan
informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi sebagai sumber (source)
atau lubuk (sink) karbon dioksida.
b)
Siklus
Nitrogen
Beberapa
jenis bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar legume tumbuhan
lain, misalnya Marsiella Siklus nitrogen merupakan proses pembentukan dan
penguraian nitrogen sebagai sumber protein utama di alam. Nitrogen menjadi
penyusun utama protein dan sangat diperlukan oleh tumbuhan dan hewan dalam
jumlah besar. Nitrogen diperlukan tumbuhan dalam bentuk terikat (ikatan suatu
senyawa dengan unsur lain). Nitrogen bebas dapat difiksasi (di ikat) di dalam
tanah oleh bakteri yang bersifat simbiotik dan dapat mengikat protein jika
bekerjasama dengan akar tumbuhan polong, yang mempunyai bintil akar, rumpun
tropik, dan beberapa jenis gangaang crenata. Selain itu terdapat bakteri dalam
tanah yang dapat memikat nitrogen secara langsung, yaitu acetobacter sp yang
bersifat aerob dan clostridium sp. yang bersifat anaerob. Selain itu, terdapat
beberapa jenis spesies gangganng biru yang dapat menambat nitrogen, antara lain
nostoc sp. dan anabaena sp.

Tumbuhan
memperoleh nitrogen di dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (NO2-), dan
ion nitrat (NO3-). Dalam tanah nitrogen terdapat dalam organik tanah di
berbagai tahap pembusukan, namun belum dapat dimanfaatkan tumbuhan. Nitrogen
yang dimanfaatkan tumbuhan biasanya terikat dalam bentuk ammonium dan (NH4+)
ion nitrat (NO3-).
Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati dan oleh bakteri.
Amonia ini dapat dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu nitrosomonas dan
nitrosococcus menjadi NO2-. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikasi, yaitu
pseudomonas denitrifikasi, nitrat diubah kembali menjadi ammonia dan ammonia
diubah kembali menjadi nitrogen yang dilepas bebas ke udara. Dengan cara ini
siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
Nitrat
sangat mudah larut dalam tanah, sehinga cepat hilang karena proses pembusukan.
Taraf ketersesisaan nitrogen dalam tanah tergantung pada banyaknya bahan
organik, populasi zat-zat renik, dan tingkat pembasuhan tanah oleh air. Dalam
keadaan alami terjadi keseimbangan antara laju pertumbuhan dan gaya-gaya yang
menentukan penyediaan nitrogen dalam tanah. Proses pemanenan menyebabkan
sejumlah besar nitrogen terikat hilang akibat tanah mengalami pembasuhan oleh
gerak aliran air dan kegiatan jasad renik. Selain itu nitrogen terikat juga
hilang, karena diambil oleh bakteri pengubah nitrat menjadi nitrogen. Hal ini
menyebabkan pertanian intensif sangat tergantung pada tambahan pupuk nitrogen.
Bakteri penghasil ion nitrit dan nitrat bersifat autotrof dan aerob, sehingga
kehidupannya dipengaruhi oleh aerosotama, suhu, dan kandungan air dalam tanah.
Sementara itu proses perubahan nitrit menjadi nitrogen bersifat. Nitrogen
terdapat di alam terutama sebagai dinitrogen, N2 (titik didih 77,3 K). Gas
nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara.
Nitrogen
bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar
(misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga
dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit
(N02- ), dan ion nitrat (N03- ). Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen
terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata.
Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara
langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang
bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu
menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini
akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus
sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya
oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia
diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus
nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
c)
Siklus
Fosfor
Di
alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air
laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak
terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan
membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus
menerus.
Siklus
fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara yang terbatas
dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh karena itu
siklus fosfor adalah “endogenik”. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam jumlah
besar dalam mineral-mineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit,
garam kalsium. Adapun gambar dari siklus fosfor adalah sebagai berikut.
Fosfor
terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-sumber lainnya, seperti pupuk
fosfat, diserap oleh tanaman dan tergabung dalam asam nukleat yang menyusun
material genetic dalam organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh
pembusukan/penguraian mikroba mengembalikan fosfor kepada larutan garamnya yang
kemudian dapat mengendap sebagai bahan mineral. Sejumlah besar dari
mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk, industry kimia, dan “food
additives”. Fosfor merupakan salah satu komponen dari senyawa-senyawa sangat
toksik, terutama insektisida organofosfat.
d)
Siklus
Belerang
Siklus
belerang relative kompleks dimana melibatkan berbagai macam gas,
mineral-mineral yang sukar larut dan beberapa sepsis lainnya dalam larutan.
Siklus ini berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang bergabung dengan
oksigen membentuk gas belerang oksida, SO2, sebagai bahan pencemar air.
Diantara spesi-spesi yang secara siknifikan terlihat dalam siklus belerang
adalah gas hydrogen sulfide H2S; mineral-mineral sulfide seperti PbS; asam
sulfat H2SO4; belerang oksida, SO2 komponen utama dari hujan asam; dan belerang
yang terikat dalam protein. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan
dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah
6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena
membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang.
Hujan
asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk
sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi
kehidupan ikan dan tanaman. Belerang dari daratan cenderung terbawa air ke
laut. Namun belerang di daratan tak tampak habis setelah jutaan tahun. Kapan
belerang kembali ke darat? Melalui penguapan, kata ilmuwan zaman dulu. Tapi tak
ada bukti bahwa laut menguapkan hidrogen sulfida yang baunya bukan main itu ke
angkasa. Laut selalu berhawa segar.
Pertanyaan
ini baru terjawab beberapa belas tahun yang lalu. Tumbuhan laut, yang memiliki
sel-sel sederhana. Tumbuhan ini berusaha hidup dengan menahan masuknya garam
(NaCl) ke dalam selnya. Ini dilakukan dengan membentuk senyawa penahan yang
berbahan baku belerang, karena pasok belerang di laut banyak sekali, datang
dari daratan. Waktu sel mereka terurai, senyawa penahan ini pecah dan
menghasilkan gas dimetil sulfida (DMS) yang lepas ke atmosfir. Kita pasti
mengenali bau senyawa ini: segar, mirip ikan segar yang baru diangkat dari
laut. Setiap saat, sejumlah besar senyawa ini dilepas ke atmosfir, dan
syukurnya, senyawa ini mampu menjadi inti kondensasi uap air. Pada gilirannya,
terbentuk awan, yang menjadi hujan. Saat hujan jatuh di darat, senyawa belerang
ini dikembalikan ke daratan untuk dimanfaatkan makhluk daratan. Lalu ampasnya,
dalam dibuang lagi (duh) ke laut, untuk diolah oleh alga-alga baik hati itu
lagi. Yang merupakan bagian dari siklus belerang yang sangat penting adalah
adanya gas SO2 sebagai bahan pencemar dan H2SO4 dalam atmosfer. Gas SO2
dikeluarkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung belerang. Efek
utama dari belerang dioksida dalam atmosfer adalah kecenderungan untuk
teroksidasi menghasilkan asam sulfat. Asam ini dapat menyebabkan terjadinya
hujan asam (Achmad, Rukaesih; 2004).
e)
Siklus
Oksigen
Senyawaan
oksigen dengan semua unsure kecuali He, Ne, dan mungkin Ar dikenal. Molekul
oksigen (dioksigen, O2) bereaksi dengan semua unsur lain kecuali halogen,
beberapa logam mulia, dan gas-gas mulia baik dalam suhu ruangan atau pada
pemanasan. Oksigen merupakan unsur yang vital bagi kehidupan di bumi ini.
Siklus oksigen ditampilkan pada gambar di bawah ini
f)
Siklus
Air

Siklus
air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi,
prespitasi, evaporasi, dan transpirasi.
Pemanasan
air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi dapat berjalan
secara kontinu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai prespitasi dalam bentuk
hujan, salju, hujan es, hujan salju bercampur es (sleet), hujan gerimis, atau
kabut.
Pada
perjalanan menuju bumi, beberapa prspitasi dapat berevaporasi kembali ke atas
atau langsung jatuh ke bumi yang kemudian ditangkap oleh tanaman sebelum
mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi tersebut bergerak
secara kontinu dalam tiga cara berbeda, yaitu:
Evaporasi
Air
yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan di tempat-tempat lain
akan menguap ke atmosfer dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
awan uap air tersebut akan menjadi bintik-bintik air yang yang selanjutnya akan
turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es, dan lain-lain.
Infiltrasi/perkolasi
Air
bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
menuju permukaan tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau secara
vertical dan horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
Air permukaan. Air bergerak di atas permukaan tanah di dekat aliran utama dan
danau. Makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran
permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat pada daerah urban
(perkotaan). Sungai-sungai kecil bergabung dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar aliran sungai menuju laut. Proses
perjalanan air di daratan terjadi dalam komponen-komponen yang membentuk sistem
DAS (Daerah Aliran Sungai).
g)
Siklus
Materi (Mineral)
Beberapa
mineral atau unsur hara yang penting bagi tumbuhan adalah fosfor, kalium,
kalsium, magnesium, dan belerang. Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk,
yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat
anorganik (pada air dan tanah). Fosfor terdapat dalam asam nukleat yang
berperan dalam mengangkut energi dan diperlukan dalam jumlah kecil dan dalam
bentuk supefosfat. Fosfor lebih tahan pembasuhan dan ketersediannya di alam
bergantung pada pH tanah.
Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer menjadi
fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut dalam air atau air laut akan
terkikis dan mengendap dalam sediment laut. Oleh karena itu, fosfat banyak
terdapat di batu karang dan fosil. Fofat dan batu karang dan fosil yang
terkikis akan membentuk fosfat anorganik kembali yang terlarut di air tanah dan
air laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan
Kalium
diperlukan dalam jumlah sedang dan tersedia di alam sebagai ion yang terdapat
pada tumbuhan koloid tanah. Pada tanah humus terdapat banyak kalium, tetapi
dalam bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung sehingga perlu
pemupukan kalium yang dibutuhkan tanah dalam bentuk kalium iodida.
3. SEBUTKAN DAN JELASKAN FAKTOR APA
SAJA YANG SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS DI PERAIRAN LAUT
Faktor
pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan
suatu ekosistem. Keterbatasan dan toleransi di dalam ekosistem Pertumbuhan
organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan berimbang dan menguntungkan (Saktiyono, 2006).
·
Konsentrasi
garam
Nitrat
dan pospat sampai batas tertentu tampaknya terbatas jumlahnya hampir pada semua
ekosistem air awar. Dalam air danau dan aliran air dengan kesadahan rendah,
kalsium dan garam-garam lain uga tampaknya terbatas. Kecuali pada beberapa mata
air mineral, bahkan pada air dengan kesadahan tertinggi hanya mempunyai kadar
garam atau salinitas kurang dari 0,5%, dibandingkan dengan 30-37% dalam air
laut.
Dua
ciri lain dari air tawar dapat mempengaruhi umlah dan distribusi dari jenis yan
ada (atau kekayaan kualitas biota). Karena habitat air tawar seringkali
terisolasi satu dari yang lain oleh daratan dan lautan, organisme dengan
penyebaran rendah melewati halangan ini mungkin telah gagal untuk mapan
ditempat-tempatyang tidak sesuai. Ikan terutama menadi subek dari pembatasan
ini ; aliran air, misalnya walaupun hanya beberapa kilometer jaraknya didaratan
tetapi karena terisolasi oleh air, mungkin daerahnya (niche) ditempati oleh
jenis yang berbeda. Sebaliknya, kebanyakan organisme kecil seperti panggang,
udang, protozoa dan bakteri mempunyai kemampuan penyebaran yang tinggi. Maka
seseorang mungkin akan menemukan Daphnia dalam kolam di Amerika Serikat dan di
Inggris. Buku pegangan untuk invertebrata air tawar yang ditulis untuk
pulau-pulau di Inggris, misalnya dapat digunakan di Amerika Serikat paling
tidak sampai tingkat family atau genus, tanaman rendah dan invertebrata air
tawar menunjukkan tingkat kosmopolitan yang tinggi (Stone, 1997).
·
Konsentrasi
gas pernapasan
Berbeda
dengan lingkungan laut konsentrasi oksigen dan karbon dioksida sering kali terbatas
pada lingkungan air tawar. Pada ”zaman polusi” ini konsentrasi oksigen terlarut
dan kebutuhan oksigen biologis sering kali diukur dan merupakan faktor fisik
yang paling intensif dipelajari. Sebagai suatu gambaran dari ”kantong oksigen”
yang disebabkan polusi dan konsekuensinya dalam hal biota biasanya berlaku
berlawanan, ahli ekologi tentang populasi makin lama makin memperhatikan
penyuburan dibandingkan dengan pengaruh yang membatasi dari karbon dioksida
dalam air tawar.
· -- Suhu.
Air
mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehina perbedaan
suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada
udara. Sifat yang terpenting adalah:
1.) Panas jenis yang
tinggi, relatif sejumlah besar panas dinutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori (gkal) panas
dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 10 C lebih tinggi (antara
15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa lain mempunyai nilai lebih dari satu.
2.) Panas fusi yang
tinggi. 80 kalori dibutuh kan untuk mengubah 1 gram es menjadi air tanpa
mengubah suhunya (dan sebaliknya).
3.) Panas evaporasi
yang tingi. 536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat dikatakan
berlangsun terus menerus dari permukaan vegetasi , air dan es, sebagian besar
sinar matahari digunakan untuk evaporasi air dari ekosistem didunia, dan alur
energi ini mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan dalam semua
keanekaragaman yang menakjubkan.
4.) Kerapatan air
tertinggi terjadi pada suhu 40 C ; diatas dan dibawah titik tersebut air akan
berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan aira danau
tidak membeku seluruhnya pada musim dingin. Suhu air paling baik dan efisien
diukur menggunakan sensor elektronis seperti termistor. Pembacaan dan pencatatan
langsung dari termistor memudahkan para pemula untuk mengambil profil suhu dari
habitat akuatik.
· -- --Kejernihan
Penetrasi
cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona
fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan,
terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yangdapat mengendap,
seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan
disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas.
Kejernihan dapat diukur dengan alat yang amat sederhana yang disebut cakram
secchi (dinamakan menurut penemuannya, A.Secchi, seorang Itali yang
memperkenalkannya pada tahun 1865) berupa cakram putih dengan garis tengah
kira-kira 20 cm dan dimasukkan kedalam air sampai tidak terlihat dari
permukaan. Kedalaman itu disebut kejernihan cakram secchi, yang dapat mencapai
40 m pada air yang amat keruh dan berkisar antara beberapa cm pada air yang
amat jernih, tidak produktif didanau yang tinggi letaknya seperti Danau Crater
di Taman Nasional Crater Lake, Oregon. Danau-danau di Wiesconsin yang telah
dipelajari dengan intensif menggunakan cakram secchi sampai kedalaman dimana
penetrasi cahaya kira-kira 5% dari radiasi yang mencapai permukaan. Sementara
fotosintesa masih terjadi pada intensitas rendah, tingkatan 5% menandai batas
bawah kebanyakan zona fotosintesa. Walaupun elas bahwa alat-alat sintesa modern
akan memberikan data yang akurat tentang penetrasi cahaya, cakram secchi masih
dianggap alat yang berguna oleh ahli limnologi yangseringkali mengunakan teknik
ini untuk mengatur tingkat fertilisasi untuk menghasilkan pertumbuhan
fitoplankton yang baik tapi tidak terlalu tinggi.
·
Arus
Air
cukup “padat”, maka arah arus amat penting sebagai faktor pembatas, terutama
pada aliran air. Disamping itu, arus air sering kali amat menentukan distribusi
gas yang vital, garam dan organisme kecil (Stone, 1997).
4. COBA JELASKAN PERAN
BIODIVERSITAS DIBIDANG KESEHATAN DAN BERIKAN CONTOH BIOTA LAUTNYA (TAKSONOMI,
HABITAT, KEGUNAANYA)!
Manfaat dalam Bidang Kesehatan
Sebagai
bahan pengobatan tradisional dan pengobatan moderen terutama tumbuhan dan
mikroba. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat
penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak
obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa
antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan
setiap saat.
1. Kerang Hijau (Perna viridis)
Kerang
Hijau (Perna viridis) atau dikenal sebagai green
mussels adalah binatang lunak
(moluska)
yang hidup di laut,
bercangkang dua dan berwarna hijau. Kerang
hijau merupakan organisme yang termasuk
kelas Pelecypoda. Golongan biota yang bertubuh lunak
(mollusca). Kerang hijau termasuk Hewan dari
kelas pelecipoda,
kelas ini selalu mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia. Hewan
ini disebut juga pelecys yang artinya kapak kecil
dan podos yang artinya kaki. Jadi Pelecypoda berarti
hewan berkaki pipih seperti mata kapak. Hewan kelas ini pun berinsang
berlapis-lapis sering disebut Lamelli branchiata. Kerang hijau juga
memiliki nama-nama lokal antara lain kijing (Jakarta),
kemudi kapal (Riau),
kedaung (Banten).
Taksonomi/ Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Subkelas : Pteriomorphia
Ordo : Mytiloida
Famili : Mytilidae
Genus : Perna
Spesies : P. viridis
Nama
binomial
Perna
viridis
(Linnaeus,
1758)
Habitat
Kerang
hijau hidup pada perairan estuari, teluk dan daerah mangrove dengan
substrat pasir lumpuran serta
salinitas yang tidak terlalu tinggi. Umumnya hidup menempel dan
bergerombol pada dasar substrat yang keras, yaitu batu karang,
kayu, bambu atau lumpur keras dengan bantuan bysus. Kerang hijau tergolong
dalam organisme/hewan sesil yang hidup bergantung pada
ketersediaan zooplankton, fitoplankton dan
material yang kaya akan kandungan organik. Dilihat dari cara makan, maka
kerang hijau termasuk dalam kelompok suspension feeder, artinya untuk
mendapatkan makanan, yaitu fitoplankton, detritus, diatom dan bahan organik
lainnya yang tersuspensi dalam air adalah dengan cara menyaring air tersebut.
Kegunaan
Kandungan
gizi yang terdapat pada kerang hijau, yaitu terdiri dari 40,8 % air,
21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 %
abu sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun
daging ayam.
Meskipun daging kerang hijau hanya sekitar 30% dari bobot keseluruhan (daging
dan cangkang), tetapi dalam 100 gr daging kerang hijau mengandung 100 kalori
yang tentunya sangat bermanfaat untuk ketahanan tubuh manusia.
2. Teripang
Teripang
(sea cucumber, timun laut) merupakan hewan laut invertebrata holothuroidea yang
tersebar di zona pasang surut hingga zona terdalam di seluruh dunia, terutama
di samudra hindia dan samudra pasifik barat. Didalam dunia medis, teripang juga
memiliki manfaat dan khasiat yang sangat luar biasa, diantaranya untuk
penyembuhan luka seperti luka bakar, luka gores, sayat, mengatasi kulit gatal,
sebagai tonik ginjal, darah tinggi, jerawat, asam urat, maag, masalah
persendian pada usia lanjut, tumor, kista, kanker, stroke, kesehatan liver, kesehatan
jantung dsb. bahkan sudah banyak penelitian penelitian tentang khasiat dari
ekstra teripang.
3. Spons Laut
Spons
adalah hewan dari filum Porifera (/ pɒrɪfərə /; yang berarti "pembawa
pori"). Tubuh mereka terdiri dari jelly- seperti mesohyl terjepit di
antara dua lapisan tipis sel. Sementara semua hewan memiliki sel
terspesialisasi yang dapat berubah menjadi sel-sel khusus, spons yang unik
dalam memiliki beberapa sel-sel khusus yang dapat berubah menjadi jenis lain,
sering bermigrasi antara lapisan sel utama dan mesohyl dalam proses. Spons
tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem peredaran darah. Sebaliknya,
sebagian besar mengandalkan mempertahankan aliran air konstan melalui mereka
badan untuk mendapatkan makanan dan oksigen dan untuk menghilangkan limbah, dan
bentuk tubuh mereka yang diadaptasi untuk memaksimalkan efisiensi dari aliran
air.
Spons
(Porifera) merupakan hewan multiseluler yang paling primitif. Hewan ini hidup
menetap di dasar perairan. Bergquist (1978) mengatakan bahwa sebagian besar spons
mengambil makanan dengan cara menyaring bahan organik yang terdapat di air.
Hampir 99% spons hidup di perairan laut. Spons laut memiliki potensi bioaktif
yang sangat besar. Selama 50 tahun terakhir telah banyak kandungan bioaktif
yang telah ditemukan. Kandungan bioaktif tersebut dikelompokan beberapa
kelompok besar yaitu antiflammantory, antitumor, immunosuppessive, antivirus,
antimalaria, antibiotik, dan antifouling.Zhang et al., 2003 menyatakan bahwa
lebih dari 10 % spons memiliki aktifitas citotoksik yang dapat yang
berpotensial untuk bahan obat-obatan.
Telah
banyak dilaporkan bahwa sponges sangat potensial sebagai penghasil produk alami
laut dalam bidang farmasi (Mayer ,1999; Munro et al., 1987; Faulkner, 2000).
Organisme laut dalam hidupnya sangat tergantung kepada faktor lingkungan yang
sering sekali menjadi faktor pembatas kehidupannya, seperti: cahaya, nutrisi,
oksigen, dan pesaing (kompetitor). Dalam rangka mempertahankan kehidupannya,
organisme ini melakukan serangkaian mekanisme adaptasi secara morfologis,
anatomis, fisiologis dan kemis. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh sponges
secara ekologis dapat dipandang sebagai salah satu cara dari organisme ini
untuk mempertahankan diri dari predator dan mengurangi resiko akibat ekspose
radiasi sinar matahari. Dikemukakan oleh Jadulco (2002) bahwa sponge dari
Indonesia, Jaspis splendens, menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif yang
memiliki aktifitas antiproliferasi. Disamping itu, para peneliti bioteknologi
kelautan Jepang, seperti Namikoshi menyimpulkan bahwa distribusi fungi laut
yang hidup bersimbiosis dengan sponge cukup besar, dengan sebaran 82,7% sponge
yang hidup di perairan pulau Palau, dan 98% sponge yang hidup di perairan pulau
Bunaken (Widjhati et al., 2004). Menurut Lik Tong Ten et al. (2000) simbiosis
sponge Sigmadocia symbiotica dengan alga merah Ceratodictyon spongiosum
menghasilkan senyawa bioaktif berupa metabolit sekunder siklik heptapeptida
yang bersifat toksik terhadap Artemia salina (uji BSLT). Hasil-hasil penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa biota laut sponge memiliki potensi signifikan
sebagai sumber senyawa bioaktif yang dapat dikembangkan lebih jauh menjadi
komoditi yang bernilai ekonomi tinggi.
Kelompok
peneliti bioteknologi di Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, kini sedang aktif
melakukan proses ekstraksi dan isolasi senyawa aktif dari berbagai jenis
makroalga dan sponge serta uji-uji bioaktivitasnya sebagai anti-bakteri,
anti-oksidan, toksisitas terhadap Artemia salina dan sitotoksisitas sebagai
anti-kanker terhadap beberapa jenis sel lestari (cell line). Saat ini koleksi
sponge yang telah dimiliki sekitar 60 jenis dari perairan Karimunjawa, semua
sampel tersebut diambil dari berbagai kondisi lokasi perairan (habitat) dan
dari berbagai kedalaman.
Sebagian
besar sponge mengandung alkaloid, lalu terpenoid,kemudian steroid. Setiap spons
tidak selalu memiliki kandungan metabolit sekunder yang sama dengan spons
lainnya demikian pula golongannya ada yang mengandung hanya alkaloid saja, atau
steroid saja, atau terpenoid saja, ataupun dua ataupun ketigatiganya. Hal ini
dapat dimengerti karena pembentukan metabolit sekunder dalam spons sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya (BERGMAN & FEENEY 1990).
Kandungan
metabolit sekunder dalam spons jenis tertentu ada yang lebih kuat (more intens)
daripada di dalam jenis lainnya yang ditandai dengan warna yang timbul pada uji
kualitatif. Kalau dilihat dari kandungan metabolit sekundernya Sponge dari
Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan bioaktif ini terlihat
dari kandungan alkaloid, terpenoid, dan steroidnya. Sejumlah terpenoid memiliki
sifat antikanker (AOKI et al. 2001). Sedangkan steroid dan alkaloid memiliki
khasiat lebih luas tergantung substituentnya.
Sebelum
adanya penelitian mendalam tentang pemanfaatan sponge, tumbuhan laut ini hanya
dimanfaatkan untuk busa mandi karena Sponge adalah hewan bersel banyak
(metazoa) paling sederhana, kumpulan sel-selnya belum terorganisir dengan baik
dan belum mempunyai organ maupun jaringan sejati. Walaupun Porifera tergolong
hewan, namun kemampuan geraknya sangat kecil dan hidupnya bersifat menetap.
Pada awalnya Porifera dianggap sebagai tumbuhan, baru pada tahun 1765
dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukan adanya aliran air yang terjadi di
dalam Porifera (Suwignyo, 2002). Untuk karakterisasi dan identifikasi dari
sponge filum Porifera telah dilakukan peneliti sebelumnya. Telah banyak senyawa
metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari sponge yaitu alkaloida,
diterpenoida, sesquiterpenoida, asam-asam amino dan karotenoida (Attaway dan
Zaborsky, 1993 dan Shceuer, 1995). Karena adanya senyawa bioaktif tersebut maka
sponge mempunyai aktivitas sebagai antelmentik, anti virus, anti tumor, anti
kanker, anti malaria, anti abkteri dan anti jamur (Colwell, 1984).
Sponge
saat ini juga tengah gencar diteliti di berbagai negara untuk diambil senyawa
bioaktifnya, seperti sponge dari spesies Petrosia contegnatta untuk obat anti
kanker, Cymbacela untuk obat anti asma, Xestospongia sp untuk antelmentik dan
Callyspongia sp mengandung alkaloida yang berkhasiat sebagai antioksidan
(Attaway dan Zaborsky, 1993 dan Hanani, 2005). Senyawa boiaktif sponge yang
juga digunakan untuk industri farmasi adalah bastadin, okadaic acid dan
monoalide. Senyawa bioaktif monoalide yang diperoleh dari sponge Luffariella
variabilis merupakan senyawa yang memiliki nilai jual tinggi dibandingkan
dengan senyawa bioaktif dari spesies sponge lainnya, yaitu 20,360 dollar Amerika
Serikat per miligram (Anonim, 2005). Peneliti dari Universitas Missisipi,
Amerika memanfaatkan sponge sebagai obat alternative terhadap penyakit malaria
dan TBC.
4. Bulu Babi (Sea urchins)
Bulu
babi (Sea urchins) adalah salah satu jenis biota yang termasuk dalam filum
ekhinodermata berasal dari lebih 540 juta tahun yang lalu. Bila menyebut bulu
babi maka akan terbayang pada suatu hewan yang berduri mirip landak pada
sekujur tubuhnya. Melihat bentuknya tentu ada kesan menakutkan apalagi bulu
babi ini berduri panjang dan tajam, namun dibalik durinya yang tajam, hewan ini
sangatbbanyak bermanfaat bagi manusia. Jika bulu-bulu babi dicabut, akan
terlihat sekumpulan gonad berbentuk bintang segi lima yang menempel pada
cangkangnya. Gonad bulu babi dapat dimakan langsung ataupun diolah. Gonad yang
baik berwarna orange hingga kuning cerah dan mempunyai aroma khas hampir mirip
rumput laut. Masyarakat Jepang merupakan konsumen terbesar dari hewan laut yang
satu ini.
Pemanfaatan
bulu babi untuk konsumsi sebagai bahan makanan adalah dengan mengambil
gonadnya. Gonad tersebut menjadi makanan populer di Korea dan Jepang, dan juga
menjadi makanan tradisional di Chili. Namun dibalik atraksi kulinernya, bulu
babi dikenal mempunyai sistem immune yang kuat dan umur yang panjang, beberapa
dapat hidup sampai 100 tahun. Proyek penelitian sekarang ini sudah banyak yang
mengarah pada bagaimana sistem imun dari bulu babi ini bekerja. Sebagai
perbandingan, manusia terlahir dengan imunitas alami dan juga dilengkapi dengan
imunitas tambahan sepanjang waktu, yang diproduksi oleh antibodi tubuh dalam
merespon berbagai macam infeksi. Sedangkan bulu babi hanya mempunyai imunitas
alami, dengan 10 sampai 20 kali gen lebih banyak dari manusia. Harapannya
adalah dengan mengkaji bulu babi akan menyediakan sebuah set baru antibodi dan
antiviral untuk melawan berbagai macam penyakit. Para peneliti banyak
menggunakan bulu babi untuk mengkaji penyakit seperti kanker, penyakit
Alzheimer, dan penyakit Parkinson.
Meskipun
biota ini adalah invertebrata, namun pada level genetik biota ini mempunyai
kesamaan lebih dari 7000 gen dengan manusia. Hal yang sangat menakjubkan adalah
meskipun tidak mempunyai mata, telinga dan hidung, tetapi biota ini indra untuk
melihat, mendengar dan mencium, dari gen manusia yang dimilikinya.
Hal
yang menguntungkan juga dengan menggunakan bulu babi adalah proses reproduksi
yang cepat dari biota ini, sehingga jumlah sampel juga tidak menjadi masalah.
Maka akan mendukung penelitian berjalan dengan cepat. Dengan pemetaan DNA yang
lengkap dari biota ini, ilmuwan dapat mempelajari bagaimana memperlakukan dan
mencegah penyakit pada manusia dengan lebih baik. Mungkin suatu hari dokter
dapat mengetahui dengan tepat bagaimana memperlakukan dan bahkan mencegah
berbagai penyakit, termasuk kanker.
Berdaasarkan
hasil penilitian yang dilakukan oleh Delianis di Institut Obat dan bahan Alam
Undip membuktikan bahwa bulu babi ternyata mengandung protein dalam jumlah yang
sangat besar yakni mencapai 80 % . kandungan bulu babi yang telah di ekstrak
dicobakan pada hewan Mencit (tikus). Mencit yang diberi makan bulu babi
ternyata memiliki kandungan hormone testosterone hampir sama dengan mencit yang
disuntik hormone testosterone “Stamina dan vitalitas pria dipengaruhi oleh
banyaknya sperma yang diproduksi, dan hormon testosteron dapat memacu tingkat
produksi sperma, sehingga mendukung hasil penelitian tentang khasiat bulu
babi.”
Gonad
bulu babi merupakan komoditas pangan yang dikenal secara luas dan merupakan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Gonad bulu babi mempunyai sekitar 28 jenis
asam amino yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan manusia. Selain
itu gonad bulu babi kaya akan vitamin B kompleks, vitamin A dan mineral.
Berdasarkan penelitian gonad bulu babi mengandung 13 jenis asam amino, 18 jenis
asam amino essensial (lisin, metionin, treonon, valin, arginin, histidin,
triptopan dan fenilalanin) dan 5 asam amino non essesial (serin, sistein, asam
aspartat, asam glutamate dan glisin). Dari sekian kandungan asam amino tersebut
ada 2 jenis yitu aragin dan histidin yang cukup penting untuk pertumbuhan anak.
Selain itu, bulu babi mengandung asam lemak tak jenuh omega 3 yang berkhasiat
untuk menurunkan kandungan kolesterol manusia. Bulu babi juga kaya kandungan
vitamin A, vitamin B kompleks dan mineral yang dapat memperlancar fungsi sistem
saraf dan metabolisme tubuh manusia.
5. APA YANG DIMAKSUD INVASIF
SPESIES DAN SPESIES ENDEMIK, BERIKAN 3 CONTOH BIOTA LAUTNYA (LENGKAP DENGAN KLASIFIKASI
DAN KETERANGAN EKOLOGINYA)
Pengertian Spesies Invasif
Invasif
spesies adalah sekelompok tumbuhan atau sekelompok hewan yang pada faktanya
bukan organisme asli dari suatu daerah tertentu (sekelompok hewan atau tumbuhan
ini masuk ke lokasi baru) dan memiliki kecenderungan untuk menyebar. Hal ini
dipercaya dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, ekonomi secara langsung
atau tidak kepada manusia dan juga kesehatan. Penyebaran spesies ini bisa
dilakukan secara sengaja oleh manusia atau tidak. Namun memiliki dampak yang
langsung signifikan dalam waktu yang relatif cepat.
Pengertian Spesies Endemik
(Endemis)
Spesies
endemik merupakan gejala alami sebuah biota untuk menjadi unik pada suatu
wilayah geografi tertentu. Sebuah spesies bisa disebut endemik jika spesies
tersebut merupakan spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat
tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain. Wilayah di sini dapat berupa
pulau, negara, atau zona tertentu.
Contoh Biota Laut Endemik
1)
Nama ilmiah : Tetraodon duboisiNama
umum : ocellated pufferKlasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum
: Chordata
Class
:
Actinopterygii
Ordo
:
Tetraodontiformes
Family : Tetraodontidae
Genus
: Tetraodon
Habitat
Habitat
atau ekologi dari ikan Tetraodon duboisi
ini adalah perairan air tawar beriklim tropis dan termasuk ikan demersal yang
sulit ditangkap dengan menggunakan gillnet. Penyebaran daerah asli Republik
Demokratik Kongo dan penyebaran daerah asing yaitu berada di benua afrika.
2) Nama
ilmiah : Colomesus psittacus
Nama
umum : banded puffer, banded pipefish,
parrot pufferfish
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class
: Osteichthyes
Ordo
:
Tetraodontiformes
Family
: Tetraodontidae
Genus
: Colomesus
Habitat
Habitat
atau ekologi dari ikan Colomesus
psittacus ini adalah perairan laut dan juga terdapat di perairan payau
serta perairan tawar. Adapun penyebaran daerah asli yaitu di pantai paria
hingga sungai amazon di brazil. Merupakan ikan tropis dan subtropis dengan suhu
rata-rata 230 C – 260 C. Ikan yang belum ada di perairan
Indonesia ini bersifat karnivora dengan makanan utamanya yaitu Mollusca. Cara
makan yaitu dengan menghancurkan makanannya tersebut dengan menggunakan giginya
yang kuat.
3) Nama
ilmiah : Tetraodon lineatus
Nama
umum : nile puffer, globe fish, fahaka
puffer, coral butterfly, lined puffer
Klasifikais
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Tetraodontiformes
Family
: Tetraodontidae
Genus
: Tetraodon
Habitat
Habitat
atau ekologi dari ikan Tetraodon lineatus
ini banyak ditemukan di perairan air tawar sampai perairan air payuh. Ikan ini
bersifat demersal dan hidup pada kisaran pH 7,0 dan pada iklim tropis dengan
kisaran suhu 240 C – 260 C. Penyebaran habitat aslinya
terdapat di daerah Kamerun, Republik Afrika dan Ethiopia. Sedangkan persebaran
daerah asing terdapat di daerah Afrika timur yaitu sungai Nil bagian atas dan
Danau Turkana di wilayah Afrika Utara yaitu di bagian bawah dari suangai Nil.
Selain itu ikan ini statusnya sudah ada di perairan Indonesia.
4)
Nama ilmiah : Branchioica bertonii
Nama
umum : pantanal parasitic catfish
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
:
Actinopterygii
Ordo
: Siluriformes
Family
: Trichomycteridae
Genus
: Branchiocia
Habitat
Habitat
atau ekologi dari ikan dengan nama umum pantanal parasitic catfish ini hidup
pada habitat sungai dan rawa yang dimana persebaran aslinya terdapat di daerah
sungai amazon dan sekitar ekuator amerika selatan.
6. SEBUTKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSERVASI SUMBERDAYA HAYATI LAUT (BAIK DI LINGKUP
LOKAL, NASIONAL, MAUPUN INTERNASIONAL)
a)
Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam hayati dan Ekosistemnya. UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
b)
Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan. UU No. 31Tahun 2004 tentang PERIKANAN
c)
Undang-undang No. 27 Tahun tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. UU No. 27 tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
d)
Undang-undang No. 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. UU No. 45
Tahun 2009 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 2004 tentang PERIKANAN
e)
Undang-undang No. 1 tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-undang No. 27 Tahun tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil. UU No 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(Indonesia, 2009).
f)
Undang-undang No. 32 Tahun 2014 tentang
Kelautan. UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan
g)
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007
tentang Konservasi Sumberdaya Ikan. PP No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi SDI
h)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. Per.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil. Permen No 17 Tahun 2008 ttg Kawasan Konservasi di WP3K
i)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. Per.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan.
Permen_no_2_2009_tata_cara_penetapan_KKP
j)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. Per.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi
Perairan. PERMEN30TAHUN2010 (Indonesia, 2014)
k)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. 13/PERMEN-KP/2014 tentang Jejaring Kawasan Konservasi Perairan. 13
PERMEN-KP 2014
l)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No. 21/PERMEN-KP/2015 tentang Kemitraan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan.
21-permen-kp-2015-ttg-kemitraan-pengelolaan-kawasan-konservasi-perairan
m)
Keputusan Direktur Jenderal Kelautan,
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. Kep. 44/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis
Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K). KEP 44 KP3K 2012 E-KKP3K
n)
Peraturan Direktur Jenderal Kelautan,
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. 02/PER-DJKP3K/2013 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Batas Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K). Pedoman Tata Batas final (Indonesia, 2014).
7. BERIKAN MINIMAL 3 CONTOH FLORA
ATAU FAUNA LAUT YANG DILINDUNGI, JELASKAN STATUS PERLINDUNGANNYA DAN LENGKAP
DENGAN EKOLOGINYA (EX: TAKSONOMI, HABITAT)
1. Paus Biru (Balaenoptera
musculus)
Paus
biru (Balaenoptera musculus) adalah mamalia laut yang
tergolong dalam subordo paus balin.[9] Panjangnya
mencapai lebih dari 33 meter dan
massanya tercatat sebesar 181 ton atau
lebih. Binatang ini diyakini merupakan hewan terbesar yang pernah
diketahui J. Calambokidis and G. Steiger (1998). Blue Whales. Voyageur
Press
Paus
yang panjang dan ramping ini memiliki bagian belakang (dorsal) yang berwarna abu-abu
kebiruan dan bagian depan (ventral) yang lebih terang.[13] Terdapat
paling tidak tiga subspesies paus biru: B. m. musculus di Atlantik
Utara dan Pasifik Utara, B. m. intermedia di Samudra Selatan,
dan B. m. brevicauda (juga disebut paus biru kerdil)
di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik
Selatan. B. m. indica yang hidup di Samudra
Hindia mungkin merupakan subspesies lain. Seperti paus balin lainnya, makanan
pokok paus biru adalah crustaceakecil
yang disebut krill.
Jason de Koning and Geoff Wild (1997). "Contaminant
analysis of organochlorines in blubber biopsies from blue whales in the St.
Lawrence Seaway". Trent University. Diakses
tanggal 2007-06-29.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Cetartiodactyla[a]
Infraordo : Cetacea
Parvordo : Mysticeti
Famili : Balaenopteridae
Genus : Balaenoptera
Spesies : B. musculus
Nama binomial
Balaenoptera musculus
(Linnaeus,
1758)
Habitat
Konsentrasi
paus biru terbesar berada di Pasifik Timur Laut. Kelompok paus tersebut terdiri
dari 2.800 individu dan tergolong dalam subspesies. Mereka tersebar dari Alaska hingga Kosta Rika,
namun biasanya dapat dilihat di California pada musim panas. Kadang-kadang
populasi ini mengunjungi Pasifik barat laut, di antara Semenanjung Kamchatka dan ujung
utara Jepang. Sementara itu, di Atlantik Utara, terdapat dua kelompok B.
m. musculus. Kelompok pertama dapat ditemui di pesisir Greenland, Newfoundland, Nova Scotia dan Teluk Santo Laurensius. Kelompok ini
diperkirakan berjumlah sekitar 500 ekor. Kelompok kedua tersebar dari Azores pada
musim semi hingga Islandia pada bulan Juli dan Agustus; diperkirakan paus
tersebut mengikuti punggung laut
Atlantik Tengah yang terletak di antara kedua
pulau vulkanik tersebut. Di luar Islandia, paus biru dapat ditemukan jauh ke
utara hingga di Spitsbergen dan Jan Mayen,
meskipun jarang terlihat. Para ilmuwan tidak tahu di mana paus tersebut
melewati musim dingin. Secara keseluruhan, jumlah populasi di Atlantik Utara
berkisar antara 600 dan 1500.
Di
Belahan Selatan, tampaknya terdapat dua subspesies berbeda, yaitu B. m.
intermedia (paus biru selatan) dan B. m. brevicauda, paus biru
kerdil. Menurut survei terkini (pertengahan 1998), diperkirakan terdapat 2.280 paus
biru di Antartika (dan kurang dari 1% di antaranya kemungkinan merupakan paus
biru kerdil. Berdasarkan perkiraan dari survei pada tahun 1996, terdapat
424 paus biru kerdil di sebelah selatan Madagaskar, sehingga
kemungkinan besar jumlahnya di Samudra Hindia sekitar ribuan. Jika hal ini
benar, jumlah paus biru secara global jauh lebih tinggi daripada yang
diperkirakan.
Subspesies
keempat, B. m. indica, diidentifikasi oleh Blyth pada
tahun 1859 di Samudra Hindia bagian utara. Namun, karena kesulitan dalam
menemukan ciri yang berbeda, subspesies ini disinonimkan dengan B. m.
brevicauda, paus biru kerdil. Menurut catatan penangkapan Soviet, ukuran paus
biru betina dewasa lebih mendekati ukuran paus biru kerdil daripada B. m.
musculus, meskipun populasi B. m. indica dan B. m.
brevicauda tampaknya terpisah dan memiliki musim kawin yang berbeda
(perbedaannya hampir mencapai enam bulan).
Pola
migrasi paus biru tidak banyak diketahui. Misalnya, paus biru kerdil telah
ditemukan di Samudra Hindia bagian utara (Oman, Maladewa,
Sri Lanka), dan mungkin mereka membentuk populasi yang berbeda. Selain
itu, populasi paus biru yang berada dekat Chili dan Peru mungkin
juga merupakan populasi yang berbeda. Beberapa paus biru Antartika mendekati
pantai Atlantik Selatan bagian timur pada musim dingin, dan kadang-kadang
vokalisasi mereka terdengar di Peru, Australia Barat, dan di Samudra Hindia
utara. Di Chili, Centro de Conservación Cetacea,
yang didukung oleh Angkatan Laut Chili, melakukan penelitian
dan pelestarian spesies paus biru di pantai Pulau Chiloe, Teluk Corcovado,
karena di situ ditemukan 326 paus biru pada tahun 2007 (R. Hucke-Gaete, 2009)
Status Konservasi
Hingga
awal abad ke-20, paus biru (Balaenoptera musculus) dapat ditemukan dalam jumlah
yang melimpah di seluruh dunia dengan kisaran populasi antara 200.000-300.000
ekor. Namun kini menurut perkiraan IUCN Redlist populasi
hewan terbesar ini diperkirakan hanya tersisa antara 11.000 dan 25.000 ekor
saja.
Menurunnya
populasi paus biru diakibatkan oleh perburuan yang dilakukan sejak akhir
1800-an. Perubahan temperatur laut diperkirakan juga mempengaruhi populasi
krill yang menjadi makanan utama paus biru. Hal ini memberikan pengaruh pada
jumlah populasi paus biru
Lantaran
populasinya yang semakin menurun, IUCN Redlist memasukkan paus biru
(Balaenoptera musculus) dalam status konservasi endangered (Terancam Punah)
sejak 1996. CITES juga
telah memasukkan paus biru ke dalam daftar Apendiks I.
Sedangkan di Indonesia, paus biru termasuk dalam hewan yang dilindungi dan
tercantum dalam PP No. 7 Tahun 1999.
2. Hiu Paus (Rhincodon typus)
Hiu
paus, Rhincodon typus, adalah hiu pemakan plankton yang
merupakan spesies ikan terbesar. Cucut ini mendapatkan namanya (Ingg.: whale
shark) karena ukuran tubuhnya yang besar[2] dan
kebiasaan makannya dengan menyaring air laut menyerupai kebanyakan jenis paus.
Disebut pula dengan nama geger lintang (dari bahasa Jawa:
punggung berbintang) dan hiu tutul (nama yang cenderung menyesatkan,
karena banyak jenis cucut yang berpola tutul), merujuk pada pola warna di
punggungnya yang bertotol-totol, serupa bintang di langit.
Hiu
ini mengembara di samudera tropis dan lautan yang beriklim hangat, dan dapat hidup
hingga berusia 70 tahun. Spesies ini dipercaya berasal dari sekitar 60 juta
tahun yang lalu.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Elasmobranchii
Ordo : Orectolobiformes
Famili : Rhincodontidae
(Müller
dan Henle, 1839)
Genus : Rhincodon
Smith,
1829
Spesies : R. typus
Nama
binomial
Rhincodon typus
(Smith,
1828)
Habitat
Geger
lintang menghuni semua lautan tropika dan ugahari yang
bersuhu hangat. Ikan ini diketahui beruaya setiap musim semi ke wilayah paparan
benua di pesisir Australia barat. Musim berpijah hewan-hewan karang di Terumbu
Karang Ningaloo diketahui telah meningkatkan ketersediaan plankton bagi
ikan-ikan besar ini. Meskipun biasanya hidup menjelajah di tengah samudera
luas, secara musiman terlihat adanya kelompok-kelompok geger lintang yang
mencari makanan di sekitar pesisir benua, seperti di Australia barat itu; di
Afrika Selatan (pantai selatan dan timur); Belize; Filipina; India; Indonesia;
Honduras; Madagaskar; Meksiko; Mozambik; Tanzania; serta Zanzibar. Tidak jarang
ikan-ikan ini terlihat memasuki laguna atau atol,
atau mendekati estuaria (muara
sungai).
Wilayah
jelajahnya pada umumnya tidak melewati lintang 30°, utara maupun selatan. Cucut
ini diketahui mampu menyelam hingga kedalaman 1,286 meter (4,219 ft), dan
tergolong ikan yang bermigras. Pada 2011 terekam adanya kumpulan geger lintang,
terbanyak yang pernah dicatat orang, yakni hingga sekitar 400 ekor, yang
berkumpul di sekitar Semenanjung Yucatan di
Meksiko untuk memangsa larva sejenis ikan tongkol, Euthynnus alletteratus.
Konservasi
Populasi
geger lintang terancam oleh aktivitas penangkapannya (dengan menggunakan
harpun), atau secara tak sengaja terbawa dalam jaring ikan. Nelayan di berbagai
tempat (India, Pakistan, Maladewa, Taiwan, dan Filipina) menangkap dan
memperdagangkan ikan ini untuk dagingnya, minyak liver, serta siripnya yang
berharga mahal.Di Indonesia, hampir setiap tahun diberitakan adanya hiu tutul
yang terdampar di pantai atau terjerat jaring nelayan. Catatan ini setidaknya
ada mulai tahun 1980, ketika seekor geger lintang terdampar di pantai Ancol,
hingga baru-baru ini, tatkala dua ekor ikan serupa tersesat dan mati di pantai
selatan Yogyakarta di bulan Agustus 2012. Akan tetapi, kejadian terbanyak
adalah di sekitar Selat Madura, di mana tingginya lalu lintas kapal dan
keruwetan jaring nelayan mungkin menyumbang pada kematian geger lintang di
setiap tahunnya (Nontji, A. 1987)
IUCN,
badan konservasi dunia, karenanya memasukkan populasi geger lintang ini ke
dalam status Rentan (Vulnerable). Kerentanan menghadapi penangkapan ikan
komersial ini disimpulkan karena nilainya yang tinggi dalam perdagangan,
sifatnya yang selalu mengembara dan bermigrasi dalam jarak jauh, sifat hidupnya
yang menurut pola seleksi-K, serta kelimpahan umumnya yang rendah. Bersama
dengan enam spesies hiu yang lain, geger lintang juga telah dimasukkan ke dalam
daftar Memorandum of Understanding (MoU) on the Conservation of Migratory
Sharks di bawah Konvensi Bonn Memorandum of
understanding on the conservation of migratory sharks" (PDF).
Convention on migratory species. hlm. 10. Diakses tanggal 13
February 2012.
Upaya
konservasi dan perlindungan jenis ini juga telah dilakukan beberapa negara,
terutama berupa larangan untuk memburu, menangkap, dan memperdagangkan cucut
besar ini. Filipina, misalnya, telah menerbitkan larangan menangkap, menjual,
mengimpor atau mengekspornya sejak 1998. Larangan ini kemudian diikuti oleh
India pada 2001 dan Taiwan pada 2007. Maladewa bahkan telah melindunginya
semenjak 1995. Akan tetapi di Indonesia hewan ini masih belum mendapatkan
perhatian yang cukup memadai
3. Dugong
Duyung
atau dugong (Dugong dugon) adalah sejenis mamalia laut
yang merupakan salah satu anggota Sirenia atau
lembu laut yang masih bertahan hidup selain manatee dan
mampu mencapai usia 22 sampai 25 tahun. Duyung bukanlah ikan karena menyusui
anaknya dan masih merupakan kerabat evolusi dari gajah.
Ia merupakan satu-satunya hewan yang mewakili suku Dugongidae.
Selain itu, ia juga merupakan satu-satunya lembu laut yang bisa ditemukan di
kawasan perairan sekurang-kurangnya di 37 negara di wilayah Indo-Pasifik, walaupun
kebanyakan duyung tinggal di kawasan timur Indonesia dan perairan utara Australia.
Lawler et al. 2002. Dugongs in the Great
Barrier Reef : Current State of Knowledge. CRC for
The Great Barrier Reef World Heritage
Area.
Taksonomi/ Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Sirenia
Famili : Dugongidae
Gray,
1821
Subfamili : Dugonginae
Simpson,
1932
Genus: Dugong
Lacépède,
1799
Spesies : D. dugon
Nama
binomial
Dugong dugon
(Müller,
1776)
Habitat
Habitat
untuk Dugong meliputi daerah pesisir, dangkal sampai sedang dalam, perairan
hangat (minimum 15-17 ° C dengan termoregulasi perilaku), padang lamun yang
mendukung spesies lamun tropis dan tropis, terutama spesies serat rendah.
Dugong menunjukkan variabilitas yang besar dalam pola pergerakan dan migrasi,
tergantung pada wilayah dan pengaruh suhu musiman atau curah hujan pada
ekosistem.
Konservasi
Duyung
menjadi hewan buruan selama beribu-ribu tahun karena daging dan minyaknya.
Kawasan penyebaran dugong semakin berkurangan, dan populasinya semakin
menghampiri kepunahan. IUCN mengklasifikasikan dugong sebagai spesies hewan
yang terancam, manakala CITES melarang atau mengharamkan perdagangan
barang-barang produksi yang dihasilkan dari hewan ini. Walau pun spesies ini
dilindungi di beberapa negara, penyebab utama penurunan populasinya di
antaranya ialah karena pembukaan lahan baru, perburuan, kehilangan habitat
serta kematian yang secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas nelayan
dalam menangkap ikan.[12] Duyung bisa mencapai usia hingga 70 tahun atau lebih,
serta dengan angka kelahiran yang rendah yang mengancam menurunnya populasi
duyung. Duyung juga terancam punah akibat badai, parasit, serta hewan pemangsa
seperti ikan hiu, paus pembunuh dan buaya.
Dugong
dilindungi dalam tiga cakupan konvensi konservasi internasional:
1.
Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (CBD)
2.
Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka Fauna dan Flora Liar (CITES)
3.
Konvensi tentang Spesies Migrat Spesies Hewan Liar (juga dikenal sebagai CMS
atau Konvensi Bonn).
DAFTAR PUSTAKABanowati, Eva. 2012. Geografi Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Erlangga;
Jakarta.Christanto,
Indrayanti.2013. Flora dan Fauna.Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-PRESS. Hutagalung,
RA., 2010. Ekologi Dasar. Erlangga;
Jakarta. Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan. UU RI No.45 Th.2009. LN Th.2009
No.154 TLN No.5073.Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Perubahan Atas UndanG-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
UU RI No.1 Th.2014. LN Th.2014 No.2 TLN No.5490Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Kelautan. UU RI No.32 Th.2014.
LN Th.2014 No.294 TLN No.5603Kaligis, J.R.E, dkk.
2007. Pendidikan Lingkungan Hidup.
Jakarta : Universitas TerbukaKuncoro.2007.Pola dan Tipe Dasar Siklus Biogeokimia.Kusmana,Cecep dan
Hikmat, Agus. 2015. Keanekaragaman Hayati
Flora Di Indonesia. Bogor
Nontji,
A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. Hal. 213Odum, E. 1993.Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan oleh
Tjahjono samingan dari buku Fundamentals
Ecology.UGM Press.YogyakartaRara, Miede Emirilda.
2014. Materi Biosfer. LampungProf.DR.R.Respsoedarmo
Soedjiran MA.1984. Pengantar ekologi.
Bandung.REMADJA KARYA.Riberu, Paskalis. 2002.
Jurnal Pembelajaran Ekologi.
R.
Hucke-Gaete, B. Carstens, A. Ruiz-Tagle y M. Bello.2009. "Blue Whales in
Chile: The Giants of Marine Conservation" (PDF). Rufford Small Grants
Foundation.Saktiyono.2006.Seribu Pena Biologi SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.Soeraatmadja. 1987. Ilmu Lingkungan. ITB; Bandung. Stone,David.1997.Biodiversity
of Indonesia.Tien Wah Press, Singapore.Suwasono, Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Universitas
Brawijaya; Malang
Memorandum of
understanding on the conservation of migratory sharks" (PDF).
Convention on migratory species. hlm. 10. Diakses tanggal 13
February 2012.
J.
Calambokidis and G. Steiger (1998). Blue Whales. Voyageur Press
Jason
de Koning and Geoff Wild (1997). "Contaminant
analysis of organochlorines in blubber biopsies from blue whales in the St.
Lawrence Seaway". Trent University. Diakses
tanggal 2007-06-29.
Lawler
et al. 2002. Dugongs in the Great
Barrier Reef: Current State of Knowledge. CRC for
The Great Barrier Reef World Heritage
Area.
1. Melalui proses fotosintesis
Karbon dapat kembali lagi ke atmosfer dengan beragai cara pula antara lain:
5. Melalui erupsi vulkanik


Tumbuhan memperoleh nitrogen di dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (NO2-), dan ion nitrat (NO3-). Dalam tanah nitrogen terdapat dalam organik tanah di berbagai tahap pembusukan, namun belum dapat dimanfaatkan tumbuhan. Nitrogen yang dimanfaatkan tumbuhan biasanya terikat dalam bentuk ammonium dan (NH4+) ion nitrat (NO3-).
Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati dan oleh bakteri. Amonia ini dapat dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu nitrosomonas dan nitrosococcus menjadi NO2-. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikasi, yaitu pseudomonas denitrifikasi, nitrat diubah kembali menjadi ammonia dan ammonia diubah kembali menjadi nitrogen yang dilepas bebas ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

Air permukaan. Air bergerak di atas permukaan tanah di dekat aliran utama dan danau. Makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat pada daerah urban (perkotaan). Sungai-sungai kecil bergabung dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar aliran sungai menuju laut. Proses perjalanan air di daratan terjadi dalam komponen-komponen yang membentuk sistem DAS (Daerah Aliran Sungai).
Komentar
Posting Komentar